TARI
GAMBUH
BUKAN
SEKEDAR TARI KEPRAJURITAN
Di wilayah Kabupaten Sumenep, kota
paling ujung dari pulau Madura pernah hidup tari Gambuh yang mirip dengan tari keprajuritan.
Dalam ragam gerak tari di bagian akhir terdapat ragam gerak tari yang
menggambarkan prajurit sedang berlatih gladi keprajuritan.
Para penari menggunakan property
dalam bentuk tameng kecil yang dikenakan pada punggung tangan, pada tameng tersebut
dihias ornamen yang terbuat dari bahan cermin, cermin yang memantulkana sinar
ini sebagai salah satu senjata untuk melindungi diri dari serangan musuh serta
untuk membantu mengelabuhi pandangan musuh.
Dalam penyajian tari Gambuh
diperagakan oleh empat penari laki-laki dalam posisi di empat titik sudut.
Supakrah
(almarhum) memberikan penjelasan bahwa komposisi penari yang dilakukan oleh
empat penari berdasarkan empat kiblat yaitu gambaran empat arah mata angin,
barat-timur-utara-selatan, sedangkan di bagian tengah merupakan titik bayangan
yang disebut sebagai titik kelima yang tidak ada penarinya tetapi perlu
diketahui oleh para penari bahwa di titik bayangan tersebut sebagai mata hati,
komposisi ini disebut sebagai keblat papat lima pancer, yang disebut pancer
adalah titik bayangan yang ada di tengah (Sumenep,1985).
Teknik pernafasan yang digunakan
oleh para penari menggunakan pernafasan 1-1 yang dilakukan dengan cara
menghirup udara melalui salah satu sisi lubang hidung, ditampung di perut
kemudian dihembuskan melalui sisi lubang hidung lainnya. Pengaturan
nafas ini diuapayakan bisa mengalir dengan sendirinya secara alami mengikuti
gerak tubuh dengan tanpa paksaan.
Lintasan penari yang selalu
dilakukan kearah kanan merupakan simbol perputaran bumi serta simbol dari
perjalanan darah pada tubuh manusia, sedangkan gerakan kaki lebih dominan
pada perpindahan telapak kaki bergerak merapat lantai, hal ini dilakukan
sebagai transformasi energi bumi kedalam tubuh manusia.
Dalam pertunjukan wayang topeng
Madura pada grup Rukun Perawas pimpinan Supakrah (almarhum), tari Gambuh ini
disajikan pada bagian awal.
Tata busana terdiri dari
celana-sembong-stagen-sabuk timang- kace-polsdeker-klat bahu-ikat
kepala-gongseng-keris-tameng kecil berdiameter kurang lebih 15 centimeter.
Dalam tata busana tersebut ada
semacam hiasan kain yang diselipkan pada stagen berwarna
putih-merah-hijau-kuning. Putih sebagai simbol kesucian, merah sebagai
simbol keberanian, hijau sebagai simbol kesuburan, kuning sebagai simbol
ketulusan.
Pada tahun 1990-an Taufiqurachman salah seorang Seniman tari Sumenep
pernah menggarap tari Gambuh dengan menggunakan senjata keris serta
diinterpretasikan sebagai tarian penyambutan tamu di keraton Sumenep.
Dalam periode tahun 2000 ini muncul
pula penggarapan tari Gambuh dalam bentuk yang lain dengan nama Gambuh
Pamungkas yang lebih mengacu pada upaya mencari model penyajian yang lain dari
sebelumnya.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar