Istilah-Istilah Dalam Seni Tari dan Perhiasannya
7 Agustus 2013 pukul 21:17
*Badhak
Merak. Penari yang memakai topeng besar, biasanya dalam pertunjukan
Reyog atau Dhoger. Tutup kepala atau topeng ini melebar ke atas. Disebut
badhak merak sebab topeng di bagian wajahnya menyerupai binatang
badhak, sedang yang melebar ke atas digambari bulu merak atau sering
bulu merak sungguh-sungguh. Badhak Merak ini sering disebut Dhadhak
Merak atau Merak-merakan.
Bantalan. Benang yang dibalut dengan
kain sebesar ibu jari digunakan sebagai alas bilahan gambang. Ada
kalanya bahan ini berupa ijuk yang dibalut kain.
*Bara. Hiasan
pada pakaian tari Jawa yang dikenakan pada pinggang bagian kanan dan
kiri. Bentuknya selebar sabuk, panjangnya lebih kurang 40 cm, biasanya
diberi hiasan mote dan ketep.
Benges. Bahan rias yang warnanya
merah atau merah muda. Istilah ini dipakai jika untuk mewarnai bibir
(lipstick). Beragam gerongan dengan nada rendah dinyanyikan dengan nada
tinggi.
Blangkon. Ikat kepala yang terbuat dari kain denganmotif
batikyang bermacam-macam. nama Blangkon berasal dari kata blangko, yang
berarti ikat kepala, itu sudah dirakit atau dipas sedemikan rupa menurut
ukuran kepala. Ikat kepala ini sebagai kelengkapan pakaian adat
laki-laki di jawa. Perkembangan sekarang biasa untuk pakaian tari.
*Blencong.
tabung bulat yang diisi dengan minyak kelapa, di bagian samping ada
pipa berlubang tempat masuknya sumbu dari benag, sebagai alat penerangan
(semacam, pelita) yang digantungkan di tengah tabir, tepat di atas
kepala dhalang pada pertunjukan wayang kulit.
*Bokongan.
Tiruan dari pada pantat supaya pantatnta kelihatan besar. Pakaian ini
biasanya dipakai untuk peranan pria dalam pewayangan atau cara memakai
sama dengan dhandhan.
*Boreh. bahan rias atau make up
pada wayang wong atau tarian yang berwarna kuning. Boreh ini sering juga
disebut lulur, fungsinya biasanya untuk memberi warna seluruh badan
sehingga menjadi kuning. Menurut tradisi penari-penari harus mempunyai
warna kulit yang kuning.
Buntal. bagian pakaian tari atau wayang
wong yang terbuat dari kertas yang ermacam-macam warnanya.
Potongan-potongan kertas itu dilipat-lipat sebagai rupa, sehingga
setelah diikat dan dirangkai bentuknya menjadi bundar-bundar kecil, yang
kira-kira garis tengahnya 7-10 cm. Rangkaian bundaran kertas itu
disusun memanjang kira-kira sampai 2 meter. Menurut tradisi, buntal
sebagai kelengkapan pakaian adat penganten Jawa yang aslinya terbuat
dari daun-daunan. Buntal berasal dari kata bontel yang berarti
bermacam-macam warna.
*Buntut. Tiruan ekor untuk
peranan kera. cara memakai dikenakan pada sabuk bagian belakang seperti
ekor, ujungnya dihubungkan pada irah-irahan. Untuk gaya Yogyakarta
bahanya terbuat dari kapuk yang dimasukkan dalam kain sehingga bentuknya
bulat dan panjang kira-kira 1,50 m.
*Buntut Cecak. tempat untuk memegang kemanak yang berbentuk panjang dan pada ujungnya melengkung mirip ekor.
*Cancutan. Sering juga disebut cawetan yaitu cara berkain untuk peranan kera khususnya gaya Yogyakarta.
Cawi.
bentuk sunggingan dan tatahan pada kulit untuk pakaian-pakaian tari
yang berbentuk garis-garis kecil seperti bentukl jarum.
*Celak. bagian daripada kelopak mata yang diberi warna hitam, supaya mata lebih kelihatan besar atau tajam.
*Celana panji-panji. Celana tari yang panjangnya kira-kira sampai bawah lutut.
*Celuk. Introduksi dengan vokal, biasanya menggunakan bait pertama atau bait terakhir dari salah satu tembang (lihat tembang).
*Cemehi Samandiman. Cambuk yang dibawa oleh Wirayuda dalam tari Jathilan atau kuda kepang Temanggung.
*Cempala.
Alat pemukul kothak pada pertunjukan wayang kulit. Cempala dibuat dari
kayu berbentuk mirip dengan stupa dengan garis tengah sekitar 10 cm dan
panjangnya 15 cm. Di Yogyakarta, cempala yang dibuat dari kuningan atau
perunggu yang bentuknya lebih kecil, digunakan sebagai pemukul kepyak
dengan dijapit ibu jari kaki.
*Ceplik. Sering juga disebut borokan, merupakan hiasan thothok yang terdiri dari satu pasang pada bagian kanan dan kiri.
*Cindhen.
Motif sampur dan celana panji-panji serta bagian-bagian lain dari
kostum tari gaya Yogyakarta yang berwarna dasar merah, biru, hijau,
kuning.
*Congoran. Sering pula disebut cangkeman, dan
berfungsi sebagai topeng, tetapi hanya menutup bagian mulut. Untuk
bagian muka lainnya diberi rias. Gaya Yogyakarta congoran dipakai dalam
Langenmandra Wanara.
*Corekan. Rias muka setelah bagian muka diberi dasar, yaiu kumis, alis, godhek dan lain sebagainya.
*Cundhuk
Jungkat. Perhiasan (lihat cundhuk mentul) yang berfungsi sebagai
cundhuk yang bentuknya seperti sisir atau jungkat. Perhiasan ini
biasanya terbuat dari mas atau tiruan mas.
*Cundhuk
Mentul. Perhiasan biasanya untuk putri. Perhiasan ini sebagai cundhuk
seperti bentuk bunga yang bisa bergerak seperti pir atau bahasa Jawa
mentul-mentul. Perhiasan ini dikenakan pada hiasan sanggul, bahannya
terbuat dari emas atau tiruan emas.
*Dhadhan. Bagian
tari sebagai tiruan dhadha seupaya kelihatan besar. Bagian ini dipakai
untuk peranan-peranan yang memakai baju, khususnya peranan kera dan
raksasa. Dhadhan ini terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain, atau
dengan anyaman dari rotan yang dibentuk sedemikian rupa. Cara
memakainya diberi tali dan dikalungkan pada leher.
*Dhampar.
Kursi beralas persegi tanpa sandaran untuk tempat duduk raja dan para
ksatria dalam adegan resmi di balairung pada drama tari Jawa wayang wong
(lihat wayang wong) gaya Yogyakarta.
*Dhendhan. Kayu
bulat yang terletak pada kanan dan kiri bagian atas rancakan gender
dimana ada lubang untuk memasukkan pluntur sebagai tali untuk
merentangkan bilahan gender. Dhendhan ini merupakan alat pengencang
pluntur. Di daerah Yogyakarta ada yang mirip bentuk nisan (dhendhan
kijingan).
*Dhingklik. Kursi beralas bundar tanpa
sandaran untuk tempat duduk para ksatria dalam adegan resmi di balairung
pada drama tari Jawa wayang wong (lihat wayang wong) gaya Yogyakarta.
*Dhuduk.
Wanita yang bertugas menladeni menyampaikan senjata prang seperti
perisai dan panah kepada penari Srimpi gaya Yogyakarta.
*Dhuwung.
Bahasa jawa Krama (tinggi, halus) untuk keris yang merupakan
perlengkapan kostum tari Jawa gaya Yogyakarta yang juga dipakai ebagai
senjata berperang. Peranan puteri mengenakan keris di depan diselipkan
pada sabuk menempel perut, sedang peranan putera ada yang mengenakan
keris di depan seperti misalnya para dewa, resi atau pertapa, tetapi
pada umumnya dipakai di belakang diselipkan pada sabuk. Untuk gaya
Yogyakarta dari kulit.
*Dhuwung Branggah. Keris yang
bentuk kepala selosongnya (rangka) runcing sebelah. Untuk tari gaya
Yogyakarta keris ini dipakai yang juga dipakai sebagai senjata
berperang. Peranan puteri mengenakan keris di depan diselipkan pada
sabuk menmpel di perut, sedang peranan putera ada yang mengenakan keris
di depan seperti misalnya dewa, resi, atau pertapa, tetapi pada umumnya
dipakai dibelakang diselipkan pada sabuk. Untuk gaya Yogyakarta dari
kulit.
*Dhuwung Gayaman. Keris yang bentuk kepala
selongsongnya (rangka) tumpul untuk tari gaya Yogyakarta kerisini
dipakai oleh penari putera gagah.
Dodod.
1. Cara
berkain. Ukuran kainnya lebih kecil dari pada kampuh, kurang lebih
panjang 4 meter, lebar 1,10 meter. Selain untuk pakaian tari, dalam
upacara kebesaran dikenakan oleh permaisuri raja, dan puteri-puteri raja
yang sudah kawin.
2. Kain penutup menthak yang
dibuat dari kain beledu dengan dihiasi benang keemasan, umumnya
digunakan pada kalangan panbuh gamelan daerah Yogyakarta.
Dolanan
Sondher. Ragam gerak tangan kiri dan kanan menggambarkan sedang bermain
(dolanan) selendang (sampur atau sondger) yang terdapat pada tari putra
halus dan gagah gaya Yogyakarta. Gerak ini dipakai pada
Tari Kelana.
Dolanan
Supe. ragam gerak tangan kiri dan kanan menggambarkan penari sedang
bermain-main (dolanan) dengan cincinnya (supe) pada tari gaya
Yogyakarta. Gerak ini dipakai pada tari Golek dan Klana.
Gabahan.
Rias bagian mata yang berpedoman dari wayang kulit bentuknya, seperti
butir padi. Peranan yang mempunyai bentuk mata seperti ini biasanya
karakter-karakter halus, seperti Arjuna, Kresna, Rama dan sebagainya.
gabah artinya ‘butir padi’.
*Gada. Senjata perang tari
putera gagah gaya Yogyakarta berupa alat pemukul. Di Yogyakarta
berbentuk pemukul yang mempunyai tiga sisi yang pipih.
*Gadhung
Mlati. Motif warna atau kombinasi warna yang sering dipakai pada kostum
tari, antara lain untuk kain, *sampur, ikat kepala, kemben dan lain
sebagainya. Warna terdiri dari warna putih dan hijau.
*Gelung.
Irah-irahan atau tutup yang motifnya seperti hiasan rambut digelung atau
dilengkungkan ke belakang. *Irah-irahan inibiasa dipakai seorang tokoh
ksatria baik gagah maupun halus. Contohnya seperti Arjuna, Bima,
Gathutkaca, Hanoman dan sebagainya.
*Gelung Bokor.
Motif sanggul yang dipergunakan dalam tari Bedhaya atau Srimpi,
khususnya gaya Yogyakarta. Dinamakan gelung bokor sebab bentuk
sanggulnya menyerupai bokor atau mangkuk tempat air atau sayur.
*Gelung
Tekuk. Motif sanggul yang dipergunakan jika seorang puteri yang sudah
dewasa masuk ke Kraton. cara ini dilengkapi dengan kain memakai kemben
atau semekan. Perkembangan sekarang sering untuk sanggulan jenis-jenis
tari.
*Gendreh. Motif kain batik yang bentuk lereknya
atau paranganya lebih kecil dari pada parang rusak. Biasanya dipakai
untuk peranan Arjuna, Puntadewa dan lain sebagainya.
*Gendring.
Sejenis Slawatan yang banyak di daerah Bantul. Tari yang dibawa adalah
sebuah kipas kitap yang disebut tuladha atau tldha, yang dibacakan oleh
dhalang. Tarian rakyat ini berfungsi sebagai upacara kedewasaan seperti
khitanan, atau juga kaulan. Tarian ini bukan jenis tontonan umum, karena
senua yang hadir ikut menari. Tarian ini diiringi musik terbang.
*Gimbalan.
Jenis irah-irahan yang terbuat dari rambut palsu yang panjang dan hanya
diberi zamang saja. Irah-irahan ini khususnya dipakai peranan rekasasa
yang rucah atau raksasa yang tidak berperanan pokok di dalam pewayangan.
*Gincu.
Bahan rias atau makeup yang warnanya merah atau merah muda, yang
digunakan untuk mewarnai bagian pipi supaya lebih kelihatan muda atau
menonjol.
*Godheg. Tiruan rambut yang tumbuh di muka
telinga di bawah kening, dengan cara dirias. Dalam Wayang Wong bentuk
godheg ini bermacam-macam menurut karakternya.
*Godheg
Ngundhup Turi. Bentuknyaseperti bunga turi yang masih kuncup belum
mekar. Dalam Wayang Wong bentuk godheg ini untuk karakter halus atau
untuk puteri.
*Godheg Pengot. Bentuknya seperti pengot
atau sejenis pisau. Dalam wayang wong atau jari jenis ini, untuk
karakter yang gagah atau keras.
*Grompolan. Hiasan
sumping yang dipasang pada ikat kepala tepen dibuat dari kulit kerbau
atau sapai, bentuknya kecil seperti bunga..
*Halup-halup.
Dasar rias muka, biasanya putih. Istilah ini sering dipakai dalam cara
merias Wayang Wong khususnya gaya Yogyakarta.
Iket Kodhok Bineset.
Ikat kepala atau blangkon tetapi bagian atas terbuka, sehingga setelah
dipakai rambut bagian atas kelihatan.
*Ilat-ilatan.
Bagian dari mekak. Disebut ilat-ilatan karena menyerupai lidah yang
panjang, dipakai di tengah dada memanjang ke bawah yang fungsinya untuk
menutup kancing atau tali mekak.
*Jahitan. Cara merias
bagian mata untuk jenis tari Bedhaya gaya Yogyakarta. Bentuknya seluruh
muka didasari lulur, tetapi di bagian sekeliling mata tidak, sehingga
pada bentuk mata yang bisa njahit.
*Jamang. Hiasan
kepala yang terbuaat dari kulit kerbau atau sapi, ditatah dan disungging
atau dinada serta diberi kepet, mete seperti cuping atau kalung. Hiasan
ini merupakan kesatuan dari pada irah-irahan. Motif zamang
bermacam-macam menurut jenis irah-irahannya atau karakternya.
*Janget.
Sama dengan jenjetan, bedanya bahannya dibuat dari kulit lembu yang
dibentuk pipih sebesar kurang lebih ½ cm, sering ada yang berbentuk
bulat pipih ada yang persegi.
*Januran. Bentuk zamang
atau sumping yang sering juga disebut Jamang atau sumping pundhak
setegel. Peranan-peranan dalam wayang wong yang memakai bentuk ini
antara lain Bima, Hanoman, Ontorejo dan lain sebaginya.
*Jemparing.
Bahasa Jawa Krama (tinggi, halus) untuk panah gaya Yogyakarta yang
busur dengan anak panahnya menjadi satu. Penggunaan jemparing dalam
perang tidak secara sunguh-sungguh,sebab anak panah tidak bisa terlepas
dari busurnya apabila ditembakkan, tetapi hanya menimbulkan bunyi thek.
*Alus
Impur . Tipe tari putera halus gaya Yogyakarta untuk ksatria yang halus
dan rendah hati seperti Arjuna, Rama, Laksamana, Panji dan Darmawulan.
Gerak-gerak lengannya agak terbuka, banyak menggunakan desain lengan
simetris serta menggunakan sampur. Tipe tari ini juga sering hanya
disebut impur.
*Alus Kalang Kinantang. Tipe tari putera
halus gaya Yogyakarta untuk ksatria yang halus tetapi dinamis seperti
misalnya Salya, Bisma dan Wibisana. Gerak-gerak lengannya agak terbuka,
banyak menggunakan desain dengan asimetris serta mengunakan sampur. Tipe
tari ini juga disebut kagok kinantang
*Andhe-andhe
Lumut. Drama tari rakyat yang banyak berkembang di daerah Bantul dan
Kulon Progo. Drama tari ini berisi ceritera Andhe – andhe Lumut. Yaitu
cerita Panji. Pertunjukan ini diiringi seperangkat gamelan laras slendro
atau pelog . Dahulu hanya ditarikan oelh penari pria saja, tetapi
perkembanan sekarang tidak demikian. Gerak tarinya mendapat pengaruh
dari wayang wong, khususnya gaya Yogyakarta. Para penari menyampaikan
dialognya dengan bentuk tembang dan prosa.
*Apit Ngajeng. Penari pertama dari kanan penonton pad lajur pertama dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
*Apit Wingking. Penari pertama dari kanan penonton pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
*Badui.
Sejenis rodhat yang banyak berkembang di daerah Sleman. Penarinya
anatar 20 sampai 80 orang saling berpasangan. Penari-penarinya membawa
kipas dan sapu tanga. Dialog yang dibawakan berbentuk nyanyian dan
sholawat dengan bahsa maupun bahasa Indonesia serta bahasa Jawa. Gerak
tarinya dilakukan dengan posisi berdiri. Setiap berganti gerakn dengan
tenda peluit yang dibunyikan oleh pimpinan penari itu. Tari Badui dari
Sleman pernah mendapatkan juara pertama pada festival tari-tarian rakyat
Indonesia di Jakarta pada tahun 1977.
*Ballet,
Ramayana. Drama tari tanpa dialog Yogyakarta yang membawakan cerita dari
epos Ramayana. Istilah balet yang berasal dari bahasa Perancis, ballet
mempunyai arti yang sama dengan istilah sendratari. Kata ballet banyak
dipergunakan oleh grup-grup tari Ramayana yang menyelenggarakan
pertunjukan untuk para wisatawan.
*Bango Mate. Ragam
gerak dengan tangan kiri ngruji, tangan kanan nyempurit. Seperti gerak
seekor burung bango. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya
Yogyakarta.
*Bangun Siswa. Sejenis Kobra Siswa, di
tengah-tengah pertujukan ada demonstrasi akrobatik. Pertunjukannya
terdiri dari permaian obor di atas tali yang direntangkan pada dua ujung
bambu yang tingginya kurang lebih lima belas meter.
*Bapang
Dhengklik Keplok Asta. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk
peranan-pranan bala tentara raksasa. Kata dhengklik menunjukan ciri
gerak salah satu kaki yang diangkat ke atas dan ditetapkan dengan
tekukan lutut dan tekanan. Untuk bala tentara raksasa digunakan posisi
tangan yang yang disebut keplok asta yang berarti “bertepuk tangan”
*Bapang
Dhengklik Keplok Asta Usap Rawis. Tipe tari putera gagah gaya
Yogyakarta khusu untuk para jin raksasa yang mempunyai watak tidak baik.
*Bapang
Kentrog. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta khusu untuk tari Bugis
gaya Yogyakarta. Gerak-geraknya bersumber pada bapang, tetapi ditambah
dengan gerak kentrong yaitu gerak meloncat-loncat di atas satu aki.
*Bapang
Sekar Suhun Dhengklik. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk
peranan-peranan raja raksasa atau pangeran raksasa seperti Prabu Newata
Kawaca dan Kumbakarna. Sekar suwun adalah nama posisi lengan yang selalu
mengarah ke atas dan yang lain mengarah diagonal ke bawah. Kata
dhengklik menunjukan ciri gerak salah satu kaki yang diangkat ke atas
ditapakan dengan tekukan dan tekanan.
*Bapang Ukel Asta. Tipe putera gagah gaya Yogyakarta khusus untuk dewa yang berwatak humor yaitu Bathara Narada.
*Barong.
Tokoh binatang dalam Jathilan atau Incling. Barong yang sering disebut
barongan ini ditarikan oleh dua orang berkerudung kain atau bagor,
sehingga berbentuk binatang besar. Satu orang berada di muka
menggerak-gerakkan kepalanya, sedang satunya berada di belakang
menggerak-gerakkan pantat dan ekornya. Barongan ini berkepala binatang
besar dengan mulut yang besar, tetapi tidak jelas jenis binatangnya.
*Batak.
Penari kedua dari kanan penonton pada lajur tengah dari rakitan bedhaya
gaya yogyakarta. Bersama endhel pajeg, penari batak memegang peranan
penting dari cerita yang dibawakan oleh bedhaya. Pada bedhaya yang
menceritakan Srikandhi Meguru Manah, penari Batak inilah yang berperan
sebagai Srikandhi, sedangkan penari endhel pajeg berperan sebagai
Arjuna.
Beber.
1. Jenis wayang yang cara
pertunjukannya membentangkan kain yang telah digambari dengan
gambar-gambar wayang dan telah dibri warna, mengambil cerita dari siklus
Panji. Wayang beber sekarang masih terdapat di Desa Panung daerah
Pacitan, jawa Timur.
2. Cara menawarkan di dalam
pertunjukan gamelan ngamen dengan membunyikan kendhang sedemikan rupa
agar diketahui oleh khalayak ramai agar menanggapnya.
Bedhah Bumi.
Penari ngibing pertama pada tari tayub, biasanya pada upacara bersih
desa yang mengawali menari ngibing adalah tuan rumah penyelenggara.
Bedhah bumi mempunyai arti simbolis, yaitu melakukan persetubuhan,
bedhah berarti membuka (njebol) yatitu penari putranya, sedang bumi
artinya tanah yaitu penari putrinya.Upacara itu merupakan simbol
kesuburan tanah pada waktu bersih desa sesudah panen.
Botoh.
1.
Dua orang juru pemisah atau wasit pada tari Lawung gaya Yogyakarta yang
berfumgsi sebagai pemberi aba kapan latihan perang dimulai dan berakhir
serta memimpin jalannya latihan. Botoh menggunakan tipe tari putera
gagah kalang kinantang raja.
2. Penjudi.
Arjunawiwaha,
Bedhaya. Bedhaya gaya Yogyakarta hasil pengolahan Raden Lurah
Sasmitamardawa dari Kawedanan hageng Punakawan Krida Mardawa Keraton
Yogyakarta pada tahun 1976, mengambil cerita ketika Arjuna bertapa di
Indrakila dengan segala macam godaan membunuh Niwatakawaca untuk
kemudian dinobatkan menjadi raja bidadari. Iringan gendhing
Ranumanggala, Pelog nem.
Dewa Ruci. Bedhaya. Komposisi tari
bedhaya gaya Yogyakarta yang disusun oleh Sudharsono Pringgobroto pada
tahun 1946, yang dipentaskan pertama kali pada pembukaan Universitas
Gadjah Mada di Yogyakarta. Kostum, teknik tari, maupun jumlah penarinya
sama dengan bedhaya klasik, tetapi tema yang dibawakan ialah cerita Dewa
Ruci, suatu episode dalam epos Mahabarata yang menggambarkan peristiwa
ketika Bima sedang dicoba oleh gurunya, yaitu Durna, untuk mencari air
hidup di dasar samodra. Setelah segala rintangan dapat diatasi, Bima
bertemu dengan Dewa Ruci yang memberinya petunjuk-opetunjuk yang baik.
Laleha,
Bedhaya. Bedhaya dengan iringan gendhing Laleha serta merupakan salah
satu bedhaya ciptaan zaman Sultan Hamengkubuwono VI, mengambil serat
Harjunasasra ketika perang melawan Sumantri.
Lambangsari, Bedhaya.
Bedhaya yang menggunakan gendhing Lambangsari sebagai pengiringnya,
serta diciptakan pada zaman Sultan Hamengkubuwono VII di Yogyakarta.
Tarian ini berisikan pertemuan percintaan Panembahan Senapati dari
Mataram dengan Kajeng Ratu Kidul di pantai Laut Selatan (Samudra
Indonesia).
Manten, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya gaya
Yogyakarta yang menggambarkan proses upacara perkawinan menurut adat
Jawa, diciptakan oleh Sultan hamengkubuwono IX pada tahun 1943. Teknik
tari dan pakain tarinya seperti bedhaya yang lain, tetapi penarinya
hanya berjumlah enam orang.
Pangkur, Bedhaya. Bedhaya dengan
urutan gendhing pengiring : Ketawang Pangkur gendhing kemanak Ladrang
Kembangpepe dalam larasd slendro pathet manyura.
Prabudewa,
Bedhaya. Bedhaya ciptaaan Sultan yang kemudian pada zaman Sultan
Hamengkubuwono VI diolah kembali, serta dihadiahkan sebagai pusaka
bedhaya di Kadipaten.
Revolusi, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya
gaya Yogyakarta yang disusun oleh Sudharso Pringgobroto pada tahun 1959.
Tema yang dibawakan menggambarklan rangkaian peristiwa sejarah
Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda sampai zaman pemulihan
keamanan tahun 1950 yang menggambarkan secar simbolis. Bedhaya Revolusi
juga dibawakan oleh sembilan penari puteri, tetapi pakaiannya
menggunakan pakaian puteri pada wayang wong gaya Yogyakarta dan rias
muka serta kepalanya menggunakan rias pengantin puteri Yogyakarta.
Sapta, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya yang disusun oleh Tumenggung
Purbaningrat pada tahun empatpuluhan, ditarikan oleh tujuh orang penari
wanita. Bedhaya Sapta (sapta berarti tujuh) mengisahksn cerita ketika
Sultan Agung (1613 – 1645) , raja Mataram III membuat batas antara
Mataram dengan Pasundan.
Sejarah Taman Siswa, Bedhaya. Komposisi
tari bedhaya yang disusun Sudharso Pringgosubroto pada tahun 1952,
menggambarkan sejarah berdirinya Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922
dengan tokohnya Ki hajar Dewantara. Kostum, teknik tari dan jumlah
penarinya sama dengan bedhaya klasik, hanya temanya saja yang baru.
*Begalan.
1.
Kesenian rakyat yang banyak berkembang di daerah BAnyumas. Kesenian
rakyat berisikan wejangan –wejangan, sehingga pertunjukannya sering
untuk meramaikan pesta perkawinan. Pertunjukan ini yang dipentingkan
dialognya, sedang gerask tarinya sederhana dan sifatnya spontan yang
dipengaruhi gerakan tari Jawa dan tari Sunda. Isi ceritanya tidak jelas,
hanya terdiri dari dua penari, yatitu sebagai pembegal dan yang
dibegal, sebagai simbol antar kebaikan dan kejahatan .
2.
Pada wayng kulit adalah perang kembang, yaitu perang yang terjadi
setelah gara-gara, yakni perang antara seorang ksatria melawan seorang
raksasa yang biasanya disebut buta begal.
Beksa Alus. Teknik tari
putra halus gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk peranan-peran
ksatria halus dari Mahabarata, Ramayana, Panji dan Darmawulan seperti
Arjuna, Kresna, Rrama, Laksamana, Panji, Darmawulan dan lain-lain. Ciri
khas tipe putera halus ialah posisi kaki terbuka rendah, langkah sedang,
pengangkatan kaki rendah, posisi lengan agak terbuka, gerak-geriknya
lambat kecuali pada gerak perang. Beksa alus, bahasa jawa Krama (tinggi,
halus) dari joged alus lazimnya dibawakan oleh laki-laki yang
berperawakan sedang agak langsing.
Beksa Gagah. Teknik tari putera
gagah gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk peranan-peranan ksatria
gagah perkasa dari epos Mahabarata, Ramayana, Panji, Darmawulan dan
sebagainya, seperti Bima, Baladewa, Rahwana, Klana, Sewandana,
Menakjingga dan sebagainya. Ciri khas tipe putera gagah ialah posisi
kaki terbuka agak cepat. beksa gagah, bahasa jawa Krama (halus, tinggi)
dari Joged gagah lazimnya dibawakan oleh laki-laki yang berperawakan
kokoh dan tinggi.
Putri., Beksa. Teknik tari puteri gaya
Yogyakarta yang dipergunakan untuk tari bedhaya, srimpi, golek serta
peranan-peranan puteri dalam berbagai drama tari Jawa. Cir khas tipe
tari puteri ialah posisi kaki tertutup, langkah sangat kecil, posisi
lengan agak tertutup, gerak kepala kecil tanpa tekanan, tekukan-tekukan
anggota badan tidak tajam, gerak-geraknya lambat. Beksa putri lazimnya
ditarikan oleh wanita, kecuali sebelum tahun 1918 untuk golek dan
peranan-peranan puteri dalam wayang wong, Langendriya dan langen
Mandrawanara dibawakan oleh penari laki-laki yang masih remaja,
berperawakan ramping dan berparas cantik.
Bindi.
1. Senjata perang pada tari putera gagah Yogyakarta yang berupa alat pemukul yang berbentuk silinder.
2. Tabuh (alat pemukul ) Bonang, Kethuk, Kempyang dan Kenong.
Bliu
Tau. Cara belajarmemainkan salah atu instrumen gamelan misalanya rebab
tetapi tanpa metode yang benar, umumnya hanya dengan mendengarkan
kemudian menirukan.
Bronjong Kawat. Sikap tangan seperti orang
makan nasi tanpa menggunakan sendok maupun garpu, yaitu menggunakan
jari-jari untuk mengambil makan. Sikap dilakukan agar nampak kaku.
Bugis.
Komposisi tari berpasangan gaya Yogyakarta yang dibawakan oleh satu
atau dua pasang penari, dengan menggunakan tipe tari putera gagah yang
khas untuk Bugis yaitu bapang kentrong.Tari ini diperkirakan lahir di
luar istana pada abad ke-19, menggambarkan prajurit-prajurit dari suku
bugis dari Sulawesi Selatan yang sedang berlatih perang.
Buntil. Penari nomor 7 pada lajur tengah dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
Cakilan.
1. Jenis tarian raksasa.
2.
Bambu bulat kecil besarnya kurang lebih dua pertiga cm panjangnya dua
setengah cm, digunakan sebagai alat penahan bilahan gender, slenthem
yang diikatkan pada pluntur.
Cancutan. Sering juga disebut cawetan yaitu cara berkain untuk peranan kera khususnya gaya Yogyakarta.
Canthang
Balung. Salah satu penari pada tari golek gambyong. Canthang balung
merupakan tokoh antagonis dan digambarkan sebagai tokoh unik.
Cekehan.
Gerakan kaki pada tari kuda kepang, yaitu berjalan dengan kaki merendah
atau mendhak, tetapi waktu akan melangkah kaki diangkat agak tinggi
dengan meloncat sedikit. Gerakan ini bisa dijalankan maju dan mundur,
iramanya pelan.
*Cepet. Tokoh dalam tari Jathilan atau
Incling yang memakai topeng menutup seluruh muka. Dalam pertunjukan ini
ada dua penari, yaitu cepet lanang topengnya berwarna hitam, dan cepet
wadon topengnya berwarna putih. Dua tokoh ini juga sering disebut
Cepetan atau Kecepet.
*Cindhil Ngungak Tumpeng. Ragam
gerak menirukan seekor anak tikus (cindhil) yang melihat sekejap
(ngungak) segunduk nasi (tumpeng). Gerak ini terdapat pada tari gagah
Yogyakarta atau peranan yang akan kurang ajar.
*Cipta Budhaya. Organisasi pendidikan tari swasta gaya Yogyakarta yang ada di Yogyakarta yang sekarang tidak aktif lagi.
*Coklekan. Gerak tekukan kepala ke samping kiri atau kanan pada tari gaya Yogyakarta.
*Congklang.
gerak tari pada tari kuda kepang mirip dengan gerak drap (lihat drap),
tetapi kakinya lurus tidak ditekuk, iramanya agak pelan daripada drap.
*Congoran.
Sering pula disebut cangkeman, dan berfungsi sebagai topeng, tetapi
hanya menutup bagian mulut. Untuk bagian muka lainnya diberi rias. Gaya
Yogyakarta congoran dipakai dalam Langenmandra Wanara.
*Contemporary
Dance School Wisnuwardhana. Lembaga pendidikan tari kreasi baru swasta
yang didirikan oleh Wisnuwardhana (lihat Wisnuwardhana).
*Cundrik.
Prop tari sebagai senjata untuk perang, bentuknya seperti keris, tetapi
tanpa warangka. Prop tari ini biasanya dipakai untuk peranan putri,
khususnya dalam Wayang Wong atau tari gaya Surakarta.
*Damarwulan.
Cerita seni historis dari Jawa asli yang menggambarkan seorang kesatria
bernama Damarwulan yang bersedia membela kerajaan Majapahit terhadap
pemberontak Adipati Menakjingga dari Blambangan. damarwulan berhasil
membunuh Menakjingga, dan dapat melestarikan cintanya dengan Dewi
Anjasmara, putri Patih Logender dari Majapahit. Cerita ini merupakan
tema dari drama tari opera Jawa gaya Yogyakarta yang bernama
Langendriya. Damarwulan juga sering dipentaskan dalam drama tari baru
yang bernama sendratari.
Deder Sampur. Sampur yang digarap sebagai anak panah yang ditumpangkan pada lengan kiri, serta ditarik dengan jari tangan kanan.
Dhadha.
1. Penari nomor 6 pada jalur tengah dari rakitan bedhaya (lihat rakitan bedhaya) gaya Yogyakarta.
2. Nama nada di dalam gamelan (lihat gamelan). Untuk pencatatannya biasa diganti dengan angka 3, untuk laras
slendro dan laras pelog.
*Dhadha Mungal. Dada (dhadha) diangkat ke atas (mungal). Posisi ini adalah posisi dada yang baik pada tari gaya Yogyakarta.
*Dhuduk.
Wanita yang bertugas menladeni menyampaikan senjata prang seperti
perisai dan panah kepada penari Srimpi gaya Yogyakarta.
*Drap.
Gerakan kaki pada tari kuda kepang di daerah Temanggung, gerakannya
lari dengan kakai diangkat agak tinggi dan ditekuk, iramanya cepat.
*Duduk
Wuluh. ragam gerak mengan kiri dan kanan dengan gerak ngoyog ke
samping, diakhiri dengan lengan kiri mengarah diagonal lurus ke bawah,
lengan kanan dalam posisi ditekuk seperti bertolak pinggang. Gerak ini
terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
*Ebeg.
Sejenis Emblek yang banayak berkembang di daerah Banjarnegara. para
penari naik kuda kepang dengan membawa pedang, biasanya memakai kacamata
yang bermacam-macam warnanya. pada klimaks pertunjukannya juga diadakan
perang dengan permainan kaca cermin yang memantulkan sinar ,atahari
yang ditujukan kepada lawannya.
*Emblek. Sejenis
jathilan dari Kedu di daerah pegunungan. Pemainnya terdiri dari 7 orang,
enam orang penari kuda kepang yang berpasanga-pasangan, satu sebagai
pemimpinnya. Pertunjukannya dengan perang-perangan serta perang dengan
permainan kaca yang memantulkan sinar matahari yang ditujukan kepada
musuhnya. Biasanya mereka menari berputar-putar sampai ada yang tak
sadar dan kemasukan roh halus (ndadi ).
*Encot. Gerak
seluruh badan ke bawah setelah berhenti digerakan kembali ke atas. gerak
ini terdapat pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta.
*Encot-encot
asta. Ragam gerak kaki encot yang diakkhiri denganlengan kanan
diluruskan diagonal ke bawah. gerak ini terdapat pada tari putri gaya
Yogyakarta.
*Pajeg, Endhel. Penari nomor 3 pada lajur
tengah dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta. Bersama batak penari ini
memegang peranan penting dari cerita yang dibawakan oleh bedhaya. Pada
bedhaya yang menceriterakan Srikandhi Meguru Manah, penari endhel pajeg
inilah yang berperan sebagai Arjuna, sedangkan penari batak berperan
sebagai Srikandhi.
*Wedalan Ngajeng, Endhel. Penari nomor 2 pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
*Wedalan Wingking, Endhel. Penari nomor 9 pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
*Endraya.
Sikap tangan kiri naga ngelak dalam posisi di depan pusar. Sedangkan
tangan kanan dengan sikap tangan ambaya mangap telentang dengan ujung
jari menyentuh pinggang kanan.
Engkrang. Ragam gerak tangan kiri
dan kanan dengan posisi sampur nyanthok dan kemudian sampur dilemparkan
ke luar. Jika gerak ini diikuti dengan mengangkat dan menekuk kaki kiri
disebut engkrang kiwa. dan jika yang diangkat dan ditekuk kaki kanan
disebut engkrang tengen. Engkrang dipakai untuk tari putera halus dan
gagah gaya Yogyakarta dalam enjeran, yang merupakan persiapan pada tari
perang.
Engkrang Mlampah. Ragam gerak engkrang yang dibarengi
dengan kaki melangkah. Gerak ini terdapat pada tari putera halus dan
gagah gaya Yogyakarta.
*Enjeran. Tari persiapan dan
pemanasan pada komposisi tari perang gaya Yogyakarta. Enjeran merupakan
bagian kedua dari komposisi tari perang yang utuh yang terdiri dari
empat bagian, yaitu maju gendhing, enjeran, perangan dan mundur
gendhing.
*Erang Sampur. Gerak menirukan sindhen, dengan menutupi bibir dan menggunakan sampur sebagai penutupnya.
*Erek.
Suatu gerakan jika akan perang-perangan di dalam tari sejenis Jathilan.
Sebelum perang-perangan biasanya dua penari kuda kepang menggunakan
gerakan erek, yaitu seperti berputar-putar membuat komposisi lingkaran.
*Etheng,
Beksan. Komposisi tari kelompok berpasangan gaya Yogyakarta yang
ditarikan oleh 12 orang penari pria, yang diciptakan oleh Sultan
Hamengku Buwono I pada abad ke-18. Tari ini merupakan tari perang yang
dibawakan oleh tiga kelompok penari, yaitu kelompok yang menggunakan
tipe tari putera halus 4 orang yang diadu kekuatannya, kelompok yang
meggunakan tipe tari putera gagah 4 orang sebagai yang mengadu, dan
kelompok pelawak yang terdiri dari 4 orang pula.
*Gagah
Impur. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk ksatria gagah
tetapi palsu dalam tingkah laku seperti Prabu Suyudana dan Patih Udawa.
Gerak-gerak lengannya terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris
serta menggunakan sampur seperti pada tipe tari putera alus impur. Tipe
ini juga lazim disebut kagok impur.
*Kalang Kinantang,
Gagah. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk ksatria gagah dan
agresif seperti Suteja, Sentyaki, Indrajit dan sebagainya. Gerak-gerak
lengan terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris
sertamenggunakan sampur. Tipe tari ini juga sering hanya disebut kalang
kinantang.
*Kalang Kinantang Raja, Gagah. Tipe tari
putera gagah gaya Yogyakarta untuk raja-raja gagah dan agresif seperti
Baladewa dan Rahwana. Prinsip geraknya sama dengan gagah kalang
kinantang, tetapi ada kelainan sedikit pada gerak-gerak tangan kirinya.
Tipe tari ini juga sering hanya disebut kalang kinantang raja.
*Kembang,
Gagah. Tipe tari putera gagahgaya Yogyakarta untuk ksatria gagah dan
jujur serta teguh pendiriannya seperti Bima, Gathutkaca gaya Yogyakarta,
Antareja dan Antasena. Gerak-gerak lengannya terbuka, banyak
menggunakan desain lengan simetris serta menggunakan posisi tangan
ngepel tanpa sampur. Tipe tari ini juga lazim disebut kambeng.
*Gajahan.
Ragam gerak dengan salah satu lengan ditekuk ke atas hingga tangan
berada di dekat telinga, lengan yang lain diagonal ke bawah dilakukan
bergantian kiri dan kanan. Gerak ini dipakai pada tari putera gaya
Yogyakarta.
Gajah Ngoling. Ragam gerak kedua belah tangan di atas
telinga kanan dan kiri seperti seekor gajah yang sedang ngoling
(menggeliat) dengan melambaikan belalainya ke atas pada tari gaya
Yogyakarta. gerak ini dipakai pada tari bedhaya dan srimpi.
Gambyong.
1. Nama dari salah satu peran penari yang ada dalam tari Golek Gambyong.
2. Nama dari bonang nada gamelan carabalen.
Gambyongan.
1. Nama dari suatubentuk gendhing.
2. Suatu bentuk irama dalam gamelan Jawa.
Gapruk.
Gerak beradu senjata yang lazimnya gada, pedang atau tombak pada tari
perang putera gagah gaya Yogyakarta. Gapruk berarti beradu.
*Gebesan.
Gerak kepala pada tari kuda kepang mirip pacak gulu, geraknya sederhana
yaitu kepala digerakkan ke kanan dan ke kiri bersama-sama dengan
menggerakkan kepala kuda kepang.
*Gedheg. Menggelengkan
kepala ke kiri dan ke kanan pada tari putera gaya Yogyakarta. Gerak
kepala ini biasanya dipergunakan oleh peranan-peranan yang bertopeng
agar muka nampak hidup..
*Gedrug. Gerak menghentakkan
salah satu kaki kiri atau kanan ke lantai dengan ujung kaki di belakang
kaki yang lain pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta. Jika
yang dihentakkan kaki kiri bernama gedrug kiwa, dan bila yang
dihentakkan kaki kanan bernama gedrug tengen. Kiwa berarti kiri, tengen
berarti kanan.
*Gelar. Strategi perang klasik yang
banyak dipergunakan pada drama tari klasik seperti wayang wong gaya
Yogyakarta. Gelar ini ada bermacam-macam, antara lain Gelar Garudha
Nglayang yang bentuk formasinya seperti burung garuda yang sedang
melayang, Gelar Emprit Neba yang bentuk formasinya seperti burung emprit
dalam jumlah banyak yang sedang beterbangan, Gelar Wulan Tumunggal yang
bentuk formasinya melengkung seperti bulan yang baru saja menginjak
hari pertama, Gelar Dirada Meta yang bentuk formasinya seperti seekor
gajah yang sedang marah, dan lain-lain.
*Gendhewa.
Busur panah, yaitu bagian untukmelepaskan anak panah. Di dalam wayang
wong gendhewa sering dibawa untukmenunjukkan bahwa yang membawa adalah
ksatria.
Genjotan. Gerak langkah besar ke samping kiri atau kanan
disertai dengan tekanan.Gerak ini terdapat pada tari putera gagah gaya
Yogyakarta.
*Genjring. Nama instrument, bentuknya
seperti terbang kecil tetapi pada bagian kayu diberi lubang untuk
menempatkan logam-logam yang tipis. Genjring disebut pula tamper atau
kerincing.
Genukan. Sama dengan grimingan. Istilah ini umumnya dipakai pedhalangan Yogyakarta.
*Gidrah.
Ragam gerak yang diakhiri dengan mempertemukan tangan kiri dan kanan di
depan perut. Gerak ini dipakai pada tari puteri gaya Yogyakarta.
*Gladhi
Resik. Istilah ini dipakai untuk menyebut latihan yang terakhir sebagai
suatu persiapan pentas atau pertunjukan tari. Menurut tradisi para
peran putera mengenakan celana panji-panji, kain sapit urang (bisa juga
memakai kain wiron biasa), sabuk bara kamus timang, keris, tanpa baju,
udheng. Sedang untuk puteri dengan kain, kebaya, gelung tekuk atau
ukelan biasa.
*Asmaradana, Golek. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing Asmaradana.
Ayun-ayun, Golek. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing ayun-ayun.
*Golek
Surenggraha. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing
Surenggraha dicipta Tumenggung Purwadiningrat pada tahun 1967 dan
merupakan Golek yang tertua di Yogyakarta.
*Guntur
Segara. Komposisi tari kelompok berpasangan gaya Yogyakarta yang
dibawakan oleh empat orang penari putera, menggunakan tipe tari putera
gagah. Tari yang menggambarkan perang antara dua pasang ksatria ini
dicipta oleh Sultan Hamengkubuwono I pada abad ke – 18. Kedua pasang
ksatria ittu ialah Jayasena yang ditarikan oleh kedua orang penari dan
Guntur Segara yang ditarikan oleh dua orang penari pula. Kedua ksatria
yang berperang itu adalah tokoh-tokoh dari cerita Panji.
*Impang
Encok. Ragam gerak dengan kaki kanan menyilang kaki kiri yang diakhiri
dengan gerak kaki encot. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya
Yogyakarta.
*Impang Lembehan. Ragam gerak dengankaki
kanan menyilang kaki kiri, dengan diikuti oleh gerak tangan melenggang
(lembehan). Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
*Impang
Ngawer Udhet. Ragam gerak dengankaki kanan menyilang kaki kiri tangan
kiri ragam ke depan dengan posisi ngruji, tangan kanan memegang udhet
(belendang) dengan digerak-gerakan ke atas dank e bawah. Gerak ini
terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
*Indra.
Gerak pada tari Bandabaya gaya Paku Alam di mana secara berulang
dilakukan dalam sikap yang sama yaitu kaki kanan melangkah diikuti kaki
kiri gedrug di dekat tumit kanan. Sedangkan kiri membawa tameng di dekat
pinggang dan kanan membawa pedang, lengan lurus dekat paha dan pedang
lurus bagian tajam di atas.
Jajar. Empat penari putera pada tari
Lawung gaya Yogyakarta yang berstatus sebagai prajurit. Jajar
menggunakan tipe tari putera bapang.
*Jongko Ngilo.
Ragam gerak bercermin pada tari putera gaya halus dan gagah gaya
Yogyakarta yang dilakukan dengan tangan kiri memegang sampur dengan
posisi miwir dan tangan kanan nyempurit.Jangko berarti “tinggi”, ngilo
berarti “bercermin”. Gerak ini dipakai pada enjeran yangmerupakan bagian
persiapan dari tari perang.
Jangkung Miling. Ragam gerakan lengan
dengan mencangkolkan sampur pada siku kiri dan kanan yang diikuti oleh
gerak kepala yang disebut miling. Gerak ini terdapat pada tari puteri
gaya Yogyakarta.
*Jaran Penumbuk. Penari kuda kepang
dalam tari Dhoger yang berfungsi sebagai penari utama. Biasanya
penarinya adalah penari dhadhak merak sampai ndadi, setelah sadar terus
ganti menari jaran penumbuk juga sampai ndadi.