Dramatari Topeng Jabung , Pembinaan Dan Pengembangan
Pertunjukan
seni topeng telah mengakar pada budaya bangsa Indonesia sejak jaman
dahulu. Dalam konteksnya yang berbeda-beda pertunjukan seni topeng telah
dikenal sejak lama baik di daerah Aceh, Batak, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa , Timur, Madura, bahkan sampai-sampai ke Irian Jaya. Khususnya
bagi daerah Jawa Timur, kesenian topeng telah dikenal sejak abad IX
Masehi, dimulai dari kalangan kraton/istana yang kemudian sedikit demi
sedikit mulai merembes ke masyarakat kelas bawah, dan akhirnya menjadi
kesenian rakyat yang sangat populer.
Di dalam kitab Pararaton tertulis sbb.:
“Telas purwa wetaning Kauri, kaputer sawetaning Kauri sama awediring sira Ken Arok, mau ariwa-riwa ayun angadeg ratu…”
Artinya:
“Sudah dikuasailah daerah sebelah timur Kawi, bahkan seluruh daerah
sebelah timur Kawi itu semuanya takut terhadap Ken Arok, mulailah Ken
Arok menampakkan keinginannya untuk menjadi raja…”
Dengan kutipan di atas jelas bahwa daerah Singosari tersebut meliputi
daerah sekitar timur Kawi itu. Desa Jabung terletak di Kecamatan
Tumpang di bawah Kabupaten Malang, di daerah berdirinya Candi Jajagu
yang didirikan untuk memperingati Wisnoe Wardhana, Candi Kidal untuk
Anusapati dan Candi Singosari untuk Ken Dedes.
Tak dapat disangsikan lagi bahwa dramatari Topeng Jabung yang
merupakan sisa-sisa seni pertunjukan tradisional pada abad-abad XI –
XIV, abad kejayaan kerajaan Kehuripan, Kediri, Singosari, Daha, dan
Majapahit itu, tentulah tidak saja hidup di Desa Jabung, tetapi pernah
juga menyebar di desa-desa sekitarnya.
Sejalan dengan pasang surutnya kerajaan-kerajaan di Jawa Timur yang
mendukung keberadaan dramatari Topeng Jabung, maka keberadaan dramatari
Topeng Jabung pun mengalami kemunduran. Dominasi kerajaan yang berada di
bawah pengaruh Islam telah menyebabkan memudarnya kejayaan Topeng
Jabung.
Kevakuman yang berlangsung cukup lama telah membuat data dan
dokumentasi teknis pertunjukan dramatari Topeng Jabung ini menjadi sulit
dilacak. Tokoh-tokoh senior yang masih hidup, dan yang masih bisa
ditemui untuk menceritakan pengalamannya tentang perkembangan Topeng
Jabung tak banyak lagi. Tidak ditemuinya dokumentasi tertulis tentang
naskah-naskah lakon yang pernah dimainkan, telah pula menyebabkan
kesulitan dalam melacak jenis cerita dan judul lakon yang biasa
dimainkan. Hal ini disebabkan setiap lakon hanya diturunkan turun-
temurun secara lisan/hafalan kepada generasi yang di bawahnya.
Namun, dariberbagai usaha para pecinta seni, khususnya seni tari dan
pertunjukan dan didukung oleh pemerintah, maka telah berhasil dihimpun
berbagai data yang secara garis besarnya telah dapat menggambarkan
bagaimana berlangsungnya pertunjukan dramatari Topeng Jabung tersebut.
Hal ini tidak lepas dari bantuan para tetua desa, serta bekas-bekas
penari yang masih hidup dan yang masih bisa dijumpai.
Masalah yang dihadapi sekarang ini adalah bagaimana mengenali dan
mengembalikan teknis pementasan dan teknis tari Topeng Jabung
sebagaimana bentuk permainan aslinya yang dulu. Kecenderungan
pemanggungan drama tari Topeng Jabung yang sekarang telah banyak
dipengaruhi gaya pementasan ludruk.
Tak dapat disangkal bahwa minat masyarakat untuk menonton ludruk
sekarang ini telah menggeser minat masyarakat menonton pertunjukan
Topeng Jabung. Hal ini menyebabkan pertunjukan dramatari Topeng Jabung
menjadi semakin jarang dipertunjukkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar