Rabu, 12 Februari 2014

12 Rumus Gender

12 Rumus Gender

11 Agustus 2013 pukul 15:32
Rumus untuk menabuh gender ini terdiri kurang lebih 12 cara, yaitu :
1) Tabuhan gendèr gembyang mbukak
2) Tabuhan gendèr gembyang nutup
3) Tabuhan gendèr gembyang minggah
4) Tabuhan gendèr gembyang mandha
5) Tabuhan gendèr kempyung mbukak
6) Tabuhan gendèr kempyung nutup
7) Tabuhan gendèr kempyung minggah
8.) Tabuhan gendèr kempyung mandhap
9) Tabuhan gendèr gantungan gembyang
10) Tabuhan gendèr gantungan kempyung
11) Tabuhan gendèr mipil
12) Tabuhan gendèr imbal (untuk lancaran, srepeg, palaran)

Untuk sahabat-sahabat saya,
Sesuai permintaan sejumlah sahabat, untuk menyampaikan keduabelas rumus (kunci) yang dipakai untuk menabuh gender barung, maka di bawah ini saya tuliskan keduabelas rumus itu. Mudah-mudahan keduabelas rumus yang sangat sederhana ini, bisa ‘menghidupkan’ kembali rasa ingin tahu dan keinginan anda semua untuk menabuh gender barung secara sangat mudah. Seperti pernah saya ungkapkan, sebenarnya jika diajarkan dan diperagakan dalam kedudukan saling bertemu, maka seluruh materi ini akan sangat mudah dipahami, dan dipastikan seseorang yang belum pernah menabuh gender barung sekalipun, akan bisa mengiringi semua jenis gendhing, hanya dalam waktu belajar selama satu jam saja. Tetapi jika dalam bentuk tulisan seperti ini, ada kemungkinan rumus yang sangat sederhana ini, akan terlihat rumit dan mungkin juga berubah menjadi relatif sulit dipahami maksudnya. Apalagi jika sudah dalam bentuk gabungan sejumlah rumus. Untuk itu, saya mohon maaf jika telah menyulitkan anda semua, hanya karena saya tidak bisa bertemu anda secara langsung.
Pedoman
Guna memudahkan pemahaman, sebagai awal harap diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut.

1) Pembunyian dan pengembangan tabuhan nada pada gender barung, didasarkan kepada pengembangan atau penjabaran referensi nada balungan. Kecepatan penjabaran atau penurunan referensi nada balungan menjadi suatu susunan tabuhan gender barung  yang terdiri dari suatu susunan nada-nada tertentu, akan menjadi dasar bagi pembentukan suatu ‘cengkok’ (melody arangement). Dalam kasus ini, keterampilan dan kecepatan gerak tangan (skill) dalam menjabarkan referensi nada balungan menjadi suatu susunan tabuhan nada gender barung, kreatifitas dalam menyusun nada-nada tabuhan gender secara cepat, serta kehalusan rasa saat melakukan pemilihan dan penyusunan nada-nada gender barung; pada tingkat selanjutnya, akan menghasilkan susunan melodi nada yang estetis; yang merupakan suatu susunan suatu nada-nada melodi atau ‘cengkok’yang indah dan enak didengar telinga.

2) Tangan kiri digunakan untuk menabuh/membunyikan nada yang lebih rendah. Tangan kanan, digunakan untuk menabuh/membunyikan nada tinggi.

3) Untuk tabuhan gender barung berpola ‘gembyang’ dan ‘kempyung’, referensi nada balungan, berada pada tabuhan nada gender yang dibunyikan memakai tangan kiri.

4) Untuk tabuhan gender barung berpola ‘gembyang’ dan’ kempyung’, 1 referensi nada balungan, dijabarkan atau diturunkan menjadi 4 tabuhan nada gender barung. Pada pengembangan tabuhan gender yang bersifat ‘tingkat lanjutan’, yakni ke arah pembentukan ‘cengkok’ (melody arangement), 1 referensi nada balungan bisa dijabarkan atau diturunkan menjadi  8 tabuhan nada gender, 16 tabuhan nada gender, dan seterusnya. Jadi penjabaran atau penurunan tabuhan nada gender pada dasarnya merupakan kelipatan 2, yaitu 4, 8, 16, 32, dan seterusnya.[1]

5) Tanda ‘titik’ (.) pada tabuhan nada gender, mewakili suatu tabuhan nada yang dilakukan secara ‘imajiner’, yakni tetap dilakukan penghitungannya, tetapi tidak ada nada yang dibunyikan. Contoh, pada tabuhan nada bernotasi   .  . 3 2   harus tetap diperhitungkan sebagai tabuhan empat nada (empat hitungan nada), tetapi dua nada pertama dan kedua dilakukan secara ‘imajiner’ (tidak ada nada yang dibunyikan). Sedangkan nada ketiga dan keempat, dibunyikan nada 3 dan 2.

6)      Tabuhan gender berpola ‘gembyang’. Sebagai contoh, pada tabuhan nada 2 berpola ‘gembyang’, maka tangan kiri (KR) berfungsi membunyikan nada 2 (nada rendah). Sedangkan tangan kanan (KN), berfungsi membunyikan nada 2 (nada tinggi). Di antara kedua nada tersebut, terdapat 4 nada lain, yaitu nada-nada 3, 5, 6, dan 1.

7) Tabuhan gender berpola ‘kempyung’. Sebagai contoh, pada tabuhan nada 2 berpola ‘kempyung’, maka tangan kiri (KR) berfungsi membunyikan nada 2 (nada rendah). Sedangkan tangan kanan (KN), berfungsi membunyikan nada 6 (nada tinggi). Di antara kedua nada tersebut, terdapat 2 nada lain, yaitu nada-nada 3 dan 5.

8) Untuk memudahkan penulisan notasi tabuhan gender, nada referensi notasi balungan diberi tanda lambang (kode) ‘BL’. Tabuhan nada gender yang dibunyikan memakai tangan kiri, diberi tanda lambang (kode) ‘KR’. Sedangkan tabuhan nada gender yang dibunyikan memakai tangan kanan, diberi tanda lambang (kode) ‘KN’.

9) Sesuai kebiasaan (bukan merupakan keharusan), lazimnya permainan gender barung yang berpola kempyung, digunakan pada nada-nada referensi balungan yang jatuh pada hitungan ganjil. Sedangkan permainan gender barung yang berpola gembyang, digunakan pada nada referensi balungan yang jatuh pada hitungan  genap. Artinya, sesuai kebiasaan, permainan akan berpola kempyung-gembyang. Bagaimanapun juga, hal ini bersifat tidak mengikat dan bukan merupakan suatu keharusan yang mutlak harus dilaksanakan.

10) Pada contoh-contoh yang ditampilkan, dipakai referensi tangga-nada (laras) slendro.

Rumus dasar 1: Tabuhan gender gembyang mbukak
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘gembyang’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan gembyang kembangan mbikak’ (membuka). Arah tabuhan tangan kanan, membuka ke arah nada tinggi dan kemudian kembali ke nada semula. Arah tabuhan tangan kiri, membuka ke arah nada rendah, kemudian kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 2 2 3 2
KR: 2 2 1 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender gembyang mbukak.

Rumus dasar 2: Tabuhan gender gembyang nutup
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘gembyang’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan gembyang kembangan nutup’ (menutup). Arah tabuhan tangan kanan, menutup ke arah nada rendah dan kemudian kembali ke nada semula. Arah tabuhan tangan kiri, menutup ke arah nada tinggi, kemudian kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 2 2 1 2
KR: 2 2 3 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender gembyang nutup.

Rumus dasar 3: Tabuhan gender gembyang minggah
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘gembyang’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan gembyang kembangan minggah’ (naik). Arah tabuhan tangan kanan dan kiri, naik ke arah nada yang lebih tinggi, lalu kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 2 2 3 2
KR: 2 2 3 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender gembyang minggah.

Rumus dasar 4: Tabuhan gender gembyang mandhap
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘gembyang’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan gembyang kembangan mandhap’ (turun). Arah tabuhan tangan kanan dan kiri, naik ke arah nada yang lebih tinggi, lalu kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 2 2 1 2
KR: 2 2 1 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender gembyang mandhap.


Rumus dasar 5: Tabuhan gender kempyung mbukak
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘kempyung’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan kempyung kembangan mbikak’ (membuka). Arah tabuhan tangan kanan, membuka ke arah nada tinggi dan kemudian kembali ke nada semula. Arah tabuhan tangan kiri, membuka ke arah nada rendah, kemudian kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 6 6 1 6
KR: 2 2 1 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender kempyung mbukak.

Rumus dasar 6: Tabuhan gender kempyung nutup
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘kempyung’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan kempyung kembangan nutup’ (menutup). Arah tabuhan tangan kanan, menutup ke arah nada rendah dan kemudian kembali ke nada semula. Arah tabuhan tangan kiri, menutup ke arah nada tinggi, kemudian kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 6 6 5 6
KR: 2 2 3 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender kempyung nutup

Rumus dasar 7: Tabuhan gender kempyung minggah
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘kempyung’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan kempyung kembangan minggah’ (naik). Arah tabuhan tangan kanan dan kiri, naik ke arah nada yang lebih tinggi, lalu kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 6 6 1 6
KR: 2 2 3 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender kempyung minggah.

Rumus dasar 8: Tabuhan gender kempyung mandhap
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘kempyung’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan kempyung kembangan mandhap’ (turun). Arah tabuhan tangan kanan dan kiri, naik ke arah nada yang lebih tinggi, lalu kembali ke nada semula. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:          2
KN: 6 6 5 6
KR: 2 2 1 2
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender kempyung mamdhap.

Rumus dasar 9: Tabuhan gender gantungan gembyang
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘gembyang’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan gantungan gembyang’. Biasanya, dipakai pada satu atau lebih referensi nada balungan yang sama. Misalnya,  .  .  2  2   atau lainnya. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:         2
KN: .  . 1 2
KR: 2 2 . .
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender gantungan gembyang.

Rumus dasar 10: Tabuhan gender gantungan kempyung
Prinsip pengembangan nada, berpola ‘kempyung’. Satu tabuhan nada balungan, dijabarkan menjadi empat tabuhan nada gender barung. Lazim disebut ‘genderan gantungan kempyung’. Biasanya, dipakai pada satu atau lebih referensi nada balungan yang sama. Misalnya,  .  .  2  2   atau lainnya. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi balungan bernada 2.
BL:         2
KN: .  . 5 6
KR: 2 2 . .
Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender gantungan kempyung.

Rumus dasar 11: Tabuhan gender mipil
Dipakai untuk mengembangkan susunan nada gender yang didasarkan kepada susunan dua referensi nada balungan yang berurutan. Urutan dua nada tersebut, bisa ke arah nada yang lebih tinggi, atau ke arah nada yang lebih rendah. Misalnya  6  5,    3  2,    3  5,    6  1,  atau lainnya. Prinsip pengembangan nada, berpola ‘gembyang’. Lazim disebut ‘genderan mipil’ atau ‘genderan bonangan’. Cara membunyikannya adalah sebagai berikut. Tangan kanan, berfungsi menabuh dua nada referensi balungan, persis seperti membunyikan ricikan bonang barung pada pola ‘mipil’. Sedangkan tangan kiri, berfungsi melengkapi tabuhan tangan kanan, persis seperti membunyikan ricikan gender panembung atau slenthem. Contoh di bawah ini, adalah untuk referensi dua balungan yang berurutan, misalnya bernada   6  5.
BL:              6              5
KN:    6 5 6  .      6 5 6 5
KR:    .  .  .   6     .  .  .  5

Tabuhan di atas, baru merupakan turunan pertama dari rumus gender mipil.


Rumus dasar 12: Tabuhan gender imbal
Dipakai untuk mengembangkan susunan nada gender yang didasarkan kepada susunan dua, empat, atau delapan referensi nada balungan. Nada yang dipakai sebagai referensi, adalah nada terakhir (nada kedua, keempat, atau kedelapan). Pola ini, lazim dipakai untuk mengiringi lancaran, srepegan, atau palaran. Misalnya, pada notasi nada balungan Lancaran Manyar Sewu.
Notasi balungan:
A  :   .  5  .  3  .  5  .  3  .  5  .  2  .  3  .  5GS
.  6  .  5  .  6  .  5  .  6  .  5  .  3  .  2GS
.  3  .  2  .  3  .  2  .  3  .  2  .  1  .  6GS
.  1  .  6  .  1  .  6  .  1  .  6  .  5  .  3GS A
Pada contoh kasus di atas, referensi nada balungan yang dipakai, lazimnya adalah nada yang jatuh pada hitungan kedelapan. Dalam hal ini, pada baris pertama notasi Lancaran Manyar Sewu, referensi nada balungan yang pertama adalah nada 3, diikuti dengan referensi nada balungan yang kedua adalah nada 5.  Pada baris kedua, notasi referensi nada balungan yang pertama adalah nada 5, diikuti dengan referensi nada balungan yang kedua adalah nada 2. Pada baris ketiga, notasi referensi nada balungan yang pertama adalah nada 2, diikuti dengan referensi nada balungan yang kedua adalah nada 6. Sedangkan pada baris keempat (baris terakhir), notasi referensi nada balungan yang pertama adalah nada 6, diikuti dengan referensi nada balungan yang kedua adalah nada 3.
Selanjutnya, di bawah ini adalah tabuhan gender imbal, untuk mengiringi Lancaran Manyar Sewu.
BL:        .       5         .        3          .       5        .        3
KN:    .   .   .   5     .   .   .    3     .   .   .   5     .   .   .    3
KR:     .  1   .   .     .   1   2   .      .  1   .   .     .   1   2   .

BL:        .       5         .        3          .       6         .        5GS
KN:    .   .   .   5     .   .   .    3      .   .   .   6     .   .   .    5
KR:     .  1   .   .     .   1   2   .      .  2   .   .      .   2   3   .

BL:         .       6         .        5         .       6         .        5
KN:     .   .   .   6     .   .   .    5     .   .   .   6     .   .   .    5
KR:     .  2   .   .     .   2   3   .      .  2   .   .      .   2   3  .

BL:         .       6         .        5         .       3         .        2GS
KN:     .   .   .   6     .   .   .    5     .   .   .   3     .   .   .    2
KR:     .  2   .   .     .   2   3   .      .  6   .   .      .   6   1   .

BL:         .       3         .        2          .       3         .        2
KN:     .   .   .   3     .   .   .    2      .   .   .   3     .   .   .    2
KR:     .  6   .   .     .   6   1   .       .  6   .   .      .   6   1  .

BL:         .       3         .        2         .       1         .        6GS
KN:     .   .   .   3     .   .   .    2     .   .   .   1     .   .   .    6
KR:     .  6   .   .     .   6   1   .      .  3   .   .     .   3   5   .

BL:         .       1         .        6         .       1         .        6
KN:     .   .   .   1     .   .   .    6     .   .   .   1     .   .   .    6
KR:     .  3   .   .     .   3   5   .      .  3   .   .      .   3   5   .

BL:         .       1         .        6         .       5         .        3GG A
KN:     .   .   .   1     .   .   .    6     .   .   .   5     .   .   .    3
KR:     .  3   .   .      .   3   5   .     .  1   .   .      .   1   2   .

Contoh tabuhan gender di atas, adalah turunan pertama dari rumus genderan imbal. Jika kembangan genderan imbal ini dikembangkan menjadi turunan kedua misalnya, maka tabuhan gendernya akan menjadi sebagai berikut (hanya dicontohkan untuk baris pertama Lancaran Manyar Sewu).

BL:         .       5         .        3         .       5         .        3
KN:     .   .   .   5     .   .   .    3     .   .   .   5     .   .   .    3
KR:     .  1   .   1     .   1   2   .      .  1   .   1    .   1   2  .

BL:         .       5         .        3         .       6         .        5GS
KN:     .   .   .   5     .   .   .    3     .   .   .   6     .   .   .    5
KR:     .  1   .   1     .   1   2   .      .  2   .   2    .   2   3  .

Contoh tabuhan gender di atas, adalah turunan kedua dari rumus genderan imbal. Jika kembangan genderan imbal ini dikembangkan menjadi turunan ketiga misalnya, maka tabuhan gendernya akan menjadi sebagai berikut (hanya dicontohkan untuk baris pertama Lancaran Manyar Sewu).

BL:         .       5         .        3          .       5         .        3
KN:     .   .   .   5     .   .   .    3      .   .   .   5     .   .   .    3
KR:     .  1   .   1     6   1   2   .     .  1   .   1    6   1   2  .

BL:         .       5         .        3         .       6         .        5GS
KN:     .   .   .   5     .   .   .    3     .   .   .   6     .   .   .    5
KR:     .  1   .  1     6   1   2   .      .  2   .   2   1   2   3   .

Contoh tabuhan gender di atas, adalah turunan ketiga dari rumus genderan imbal. Jika kembangan genderan imbal ini dikembangkan menjadi turunan keempat misalnya, maka tabuhan gendernya akan menjadi sebagai berikut (hanya dicontohkan untuk baris pertama Lancaran Manyar Sewu).

BL:         .        5          .       3         .        5         .        3
KN:     .   .   6   5     .   .   .    3     .   .   6   5     .   .   .    3
KR:     6  1   6  1    6   1   2  .     6  1   6   1     6   1   2  .

BL:         .        5          .       3         .        6           .        5GS
KN:     .   .   6   5      .   .   .   3     .   .   1   6       .   .   .    5
KR:     6  1   6  1     6   1   2  .     1  2  1   2       1   2   3  .

Selanjutnya, dicontohkan permainan gender barung untuk mengiringi Gendhing Ladrang Wilujeng, dengan memakai gabungan rumus-rumus turunan pertama. Dimulai dari ‘buka’.

BK:     .   1  3  2    6  1  2  3      1  1  3  2      .   1  2  6 GG
KN:     .   5  1  6    6  5  6  1      5  5  1  6      .   3  5  6
KR:     .   1  3  2     6  1  2  3     1  1  3  2      .   1  2  6

Awit:
BL:                  2                   1                 2                   3
KN:      .   .   5  6      .   1  2   1      .  6  5  6       .   1  2  1
KR:      2  2  .   .       1  1  6   1      2  2  .  .       3  3  2  3

BL:                  2                   1                 2                   6N
KN:      .   6  5  6      .   1  6   1      .  6  5  6       .   6  1  6
KR:      2  2  .   .       1  1  2   1      2  2  .  .        6  6  5  6

BL:                  3                   3                  5                 3
KN:     .   .   6  1       .   .   6   1       .  2  1  2     1  1  2  1
KR:     3  3  .   .      3  3   .    .      5  5  3  5       3  3  2  3

BL:                  6                   5                   3                2N
KN:      6  5  6  .     5   5   6   5       .   .   6  1     .  6  1  6
KR:      .   .   .  6     5   5   3   5       3  3  .   .     2  2  1  2

BL:                  5                   6                  5                   3
KN:      .   .   6  1      .   .   6   1       .  2  1  2       1  1  2  1
KR:      3  3  .   .      3  3   .    .       5  5  3  5       3  3  2  3

BL:                  2                   1                 2                   6N
KN:      .   6  5  6      .   1  6   1     .  6  5  6       .   6  1  6
KR:       2  2  .   .      1  1  2   1      2  2  .  .       6  6  5  6

BL:                  2                   1                 2                   3
KN:      .   .   5  6      .   1  2   1      .  6  5  6       .   1  2  1
KR:      2  2  .   .       1  1  6   1      2  2  .  .        3  3  2  3

BL:                  2                   1                 2                  6N/GG/BA
KN:      .   6  5  6      .   1  6   1      .  6  5  6      .   6  1  6
KR:      2  2  .   .       1  1  2   1      2  2  .  .       6  6  5  6

Selanjutnya, pengembangan tabuhan gender barung tersebut di atas sehingga bisa menjadi suatu komposisi nada (melodi) yang disebut ‘cengkok’, sangat bergantung pada kreatifitas, keakhlian, kecepatan, dan perkembangan keterampilan penabuh gender sendiri.
Untuk memahami dan melancarkan pola permainannya, untuk pertama kali cobalah memainkan setiap rumus dasar lebih dahulu sebanyak beberapa kali, dan cobalah menerapkannya pada beberapa referensi nada balungan yang berbeda secara berulang-ulang. Upayakan memperlancar tabuhannya. Kemudian, dilanjutkan dengan mencoba menggabungkan dua rumus dasar yang berbeda. Demikian seterusnya. Jika sudah menguasai, bisa dilanjutkan dengan menerapkan teknik ‘tabuhan sarukan’ pada permainan tangan kiri, tangan kanan, atau keduanya.
Demikianlah  sahabat-sahabat saya aplikasi keduabelas rumus dasar gender barung. Semoga cukup mudah dipahami.
Salam hangat dan hormat saya untuk anda semua,
Bram Palgunadi.
________________________________
[1]      Teknik pelipatan tabuhan gender barung, bisa dikatakan sama persis dengan perhitungan kelipatan ‘bit’ yang digunakan pada teknologi komputer atau teknologi digital, yaitu 4 bit, 8 bit, 16 bit, 32 bit, 64 bit, dan seterusnya. Karenanya, penjabaran referensi nada balung menjadi tabuhan nada gender barung, bisa dikatakan bersifat sangat sistematis dan juga sangat matematis.

Indri, seorang mahasiswi dari Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB dan anggauta PSTK-ITB (sekarang sudah lulus sarjana pada tahun 2010), merupakan salah seorang yang telah membuktikan bahwa menabuh gender barung tidak sesukar yang dibayangkan orang. Ia bisa langsung mengiringi gendhing, sejak hari pertama belajar menabuh gender barung.

Nufaisha, seorang mahasiswi ITB, anggauta PSTK-ITB, yang belajar menabuh gender barung beberapa minggu setelah Indri memulainya. Iapun secara cepat juga langsung bisa mengiringi gendhing pada hari yang sama saat ia mulai belajar menabuh gender barung.

1 komentar:

  1. suwun....kulo pados dasar gender barung saget kepanggih dateng ngriki....

    BalasHapus