Jumat, 14 Februari 2014

Istilah-Istilah Dalam Seni Tari dan Perhiasannya

Istilah-Istilah Dalam Seni Tari dan Perhiasannya

7 Agustus 2013 pukul 21:17
*Badhak Merak. Penari yang memakai topeng besar, biasanya dalam pertunjukan Reyog atau Dhoger. Tutup kepala atau topeng ini melebar ke atas. Disebut badhak merak sebab topeng di bagian wajahnya menyerupai binatang badhak, sedang yang melebar ke atas digambari bulu merak atau sering bulu merak sungguh-sungguh. Badhak Merak ini sering disebut Dhadhak Merak atau Merak-merakan.
Bantalan. Benang yang dibalut dengan kain sebesar ibu jari digunakan sebagai alas bilahan gambang. Ada kalanya bahan ini berupa ijuk yang dibalut kain.

*Bara. Hiasan pada pakaian tari Jawa yang dikenakan pada pinggang bagian kanan dan kiri. Bentuknya selebar sabuk, panjangnya lebih kurang 40 cm, biasanya diberi hiasan mote dan ketep.
Benges. Bahan rias yang warnanya merah atau merah muda. Istilah ini dipakai jika untuk mewarnai bibir (lipstick). Beragam gerongan dengan nada rendah dinyanyikan dengan nada tinggi.
Blangkon. Ikat kepala yang terbuat dari kain denganmotif batikyang bermacam-macam. nama Blangkon berasal dari kata blangko, yang berarti ikat kepala, itu sudah dirakit atau dipas sedemikan rupa menurut ukuran kepala. Ikat kepala ini sebagai kelengkapan pakaian adat laki-laki di jawa. Perkembangan sekarang biasa untuk pakaian tari.

*Blencong. tabung bulat yang diisi dengan minyak kelapa, di bagian samping ada pipa berlubang tempat masuknya sumbu dari benag, sebagai alat penerangan (semacam, pelita) yang digantungkan di tengah tabir, tepat di atas kepala dhalang pada pertunjukan wayang kulit.

*Bokongan. Tiruan dari pada pantat supaya pantatnta kelihatan besar. Pakaian ini biasanya dipakai untuk peranan pria dalam pewayangan atau cara memakai sama dengan dhandhan.

*Boreh. bahan rias atau make up pada wayang wong atau tarian yang berwarna kuning. Boreh ini sering juga disebut lulur, fungsinya biasanya untuk memberi warna seluruh badan sehingga menjadi kuning. Menurut tradisi penari-penari harus mempunyai warna kulit yang kuning.
Buntal. bagian pakaian tari atau wayang wong yang terbuat dari kertas yang ermacam-macam warnanya. Potongan-potongan kertas itu dilipat-lipat sebagai rupa, sehingga setelah diikat dan dirangkai bentuknya menjadi bundar-bundar kecil, yang kira-kira garis tengahnya 7-10 cm. Rangkaian bundaran kertas itu disusun memanjang kira-kira sampai 2 meter. Menurut tradisi, buntal sebagai kelengkapan pakaian adat penganten Jawa yang aslinya terbuat dari daun-daunan. Buntal berasal dari kata bontel yang berarti bermacam-macam warna.

*Buntut. Tiruan ekor untuk peranan kera. cara memakai dikenakan pada sabuk bagian belakang seperti ekor, ujungnya dihubungkan pada irah-irahan. Untuk gaya Yogyakarta bahanya terbuat dari kapuk yang dimasukkan dalam kain sehingga bentuknya bulat dan panjang kira-kira 1,50 m.

*Buntut Cecak. tempat untuk memegang kemanak yang berbentuk panjang dan pada ujungnya melengkung mirip ekor.

*Cancutan. Sering juga disebut cawetan yaitu cara berkain untuk peranan kera khususnya gaya Yogyakarta.
Cawi. bentuk sunggingan dan tatahan pada kulit untuk pakaian-pakaian tari yang berbentuk garis-garis kecil seperti bentukl jarum.

*Celak. bagian daripada kelopak mata yang diberi warna hitam, supaya mata lebih kelihatan besar atau tajam.

*Celana panji-panji. Celana tari yang panjangnya kira-kira sampai bawah lutut.

*Celuk. Introduksi dengan vokal, biasanya menggunakan bait pertama atau bait terakhir dari salah satu tembang (lihat tembang).

*Cemehi Samandiman. Cambuk yang dibawa oleh Wirayuda dalam tari Jathilan atau kuda kepang Temanggung.

*Cempala. Alat pemukul kothak pada pertunjukan wayang kulit. Cempala dibuat dari kayu berbentuk mirip dengan stupa dengan garis tengah sekitar 10 cm dan panjangnya 15 cm. Di Yogyakarta, cempala yang dibuat dari kuningan atau perunggu yang bentuknya lebih kecil, digunakan sebagai pemukul kepyak dengan dijapit ibu jari kaki.

*Ceplik. Sering juga disebut borokan, merupakan hiasan thothok yang terdiri dari satu pasang pada bagian kanan dan kiri.

*Cindhen. Motif sampur dan celana panji-panji serta bagian-bagian lain dari kostum tari gaya Yogyakarta yang berwarna dasar merah, biru, hijau, kuning.

*Congoran. Sering pula disebut cangkeman, dan berfungsi sebagai topeng, tetapi hanya menutup bagian mulut. Untuk bagian muka lainnya diberi rias. Gaya Yogyakarta congoran dipakai dalam Langenmandra Wanara.

*Corekan. Rias muka setelah bagian muka diberi dasar, yaiu kumis, alis, godhek dan lain sebagainya.

*Cundhuk Jungkat. Perhiasan (lihat cundhuk mentul) yang berfungsi sebagai cundhuk yang bentuknya seperti sisir atau jungkat. Perhiasan ini biasanya terbuat dari mas atau tiruan mas.

*Cundhuk Mentul. Perhiasan biasanya untuk putri. Perhiasan ini sebagai cundhuk seperti bentuk bunga yang bisa bergerak seperti pir atau bahasa Jawa mentul-mentul. Perhiasan ini dikenakan pada hiasan sanggul, bahannya terbuat dari emas atau tiruan emas.

*Dhadhan. Bagian tari sebagai tiruan dhadha seupaya kelihatan besar. Bagian ini dipakai untuk peranan-peranan yang memakai baju, khususnya peranan kera dan raksasa. Dhadhan ini terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain, atau dengan anyaman dari rotan yang dibentuk sedemikian rupa. Cara memakainya diberi tali dan dikalungkan pada leher.

*Dhampar. Kursi beralas persegi tanpa sandaran untuk tempat duduk raja dan para ksatria dalam adegan resmi di balairung pada drama tari Jawa wayang wong (lihat wayang wong) gaya Yogyakarta.

*Dhendhan. Kayu bulat yang terletak pada kanan dan kiri bagian atas rancakan gender dimana ada lubang untuk memasukkan pluntur sebagai tali untuk merentangkan bilahan gender. Dhendhan ini merupakan alat pengencang pluntur. Di daerah Yogyakarta ada yang mirip bentuk nisan (dhendhan kijingan).

*Dhingklik. Kursi beralas bundar tanpa sandaran untuk tempat duduk para ksatria dalam adegan resmi di balairung pada drama tari Jawa wayang wong (lihat wayang wong) gaya Yogyakarta.

*Dhuduk. Wanita yang bertugas menladeni menyampaikan senjata prang seperti perisai dan panah kepada penari Srimpi gaya Yogyakarta.

*Dhuwung. Bahasa jawa Krama (tinggi, halus) untuk keris yang merupakan perlengkapan kostum tari Jawa gaya Yogyakarta yang juga dipakai ebagai senjata berperang. Peranan puteri mengenakan keris di depan diselipkan pada sabuk menempel perut, sedang peranan putera ada yang mengenakan keris di depan seperti misalnya para dewa, resi atau pertapa, tetapi pada umumnya dipakai di belakang diselipkan pada sabuk. Untuk gaya Yogyakarta dari kulit.

*Dhuwung Branggah. Keris yang bentuk kepala selosongnya (rangka) runcing sebelah. Untuk tari gaya Yogyakarta keris ini dipakai yang juga dipakai sebagai senjata berperang. Peranan puteri mengenakan keris di depan diselipkan pada sabuk menmpel di perut, sedang peranan putera ada yang mengenakan keris di depan seperti misalnya dewa, resi, atau pertapa, tetapi pada umumnya dipakai dibelakang diselipkan pada sabuk. Untuk gaya Yogyakarta dari kulit.

*Dhuwung Gayaman. Keris yang bentuk kepala selongsongnya (rangka) tumpul untuk tari gaya Yogyakarta kerisini dipakai oleh penari putera gagah.
Dodod.

1. Cara berkain. Ukuran kainnya lebih kecil dari pada kampuh, kurang lebih panjang 4 meter, lebar 1,10 meter. Selain untuk pakaian tari, dalam upacara kebesaran dikenakan oleh permaisuri raja, dan puteri-puteri raja yang sudah kawin.

2. Kain penutup menthak yang dibuat dari kain beledu dengan dihiasi benang keemasan, umumnya digunakan pada kalangan panbuh gamelan daerah Yogyakarta.
Dolanan Sondher. Ragam gerak tangan kiri dan kanan menggambarkan sedang bermain (dolanan) selendang (sampur atau sondger) yang terdapat pada tari putra halus dan gagah gaya Yogyakarta. Gerak ini dipakai pada

Tari Kelana.
Dolanan Supe. ragam gerak tangan kiri dan kanan menggambarkan penari sedang bermain-main (dolanan) dengan cincinnya (supe) pada tari gaya Yogyakarta. Gerak ini dipakai pada tari Golek dan Klana.
Gabahan. Rias bagian mata yang berpedoman dari wayang kulit bentuknya, seperti butir padi. Peranan yang mempunyai bentuk mata seperti ini biasanya karakter-karakter halus, seperti Arjuna, Kresna, Rama dan sebagainya. gabah artinya ‘butir padi’.

*Gada. Senjata perang tari putera gagah gaya Yogyakarta berupa alat pemukul. Di Yogyakarta berbentuk pemukul yang mempunyai tiga sisi yang pipih.
*Gadhung Mlati. Motif warna atau kombinasi warna yang sering dipakai pada kostum tari, antara lain untuk kain, *sampur, ikat kepala, kemben dan lain sebagainya. Warna terdiri dari warna putih dan hijau.
*Gelung. Irah-irahan atau tutup yang motifnya seperti hiasan rambut digelung atau dilengkungkan ke belakang. *Irah-irahan inibiasa dipakai seorang tokoh ksatria baik gagah maupun halus. Contohnya seperti Arjuna, Bima, Gathutkaca, Hanoman dan sebagainya.

*Gelung Bokor. Motif sanggul yang dipergunakan dalam tari Bedhaya atau Srimpi, khususnya gaya Yogyakarta. Dinamakan gelung bokor sebab bentuk sanggulnya menyerupai bokor atau mangkuk tempat air atau sayur.

*Gelung Tekuk. Motif sanggul yang dipergunakan jika seorang puteri yang sudah dewasa masuk ke Kraton. cara ini dilengkapi dengan kain memakai kemben atau semekan. Perkembangan sekarang sering untuk sanggulan jenis-jenis tari.

*Gendreh. Motif kain batik yang bentuk lereknya atau paranganya lebih kecil dari pada parang rusak. Biasanya dipakai untuk peranan Arjuna, Puntadewa dan lain sebagainya.

*Gendring. Sejenis Slawatan yang banyak di daerah Bantul. Tari yang dibawa adalah sebuah kipas kitap yang disebut tuladha atau tldha, yang dibacakan oleh dhalang. Tarian rakyat ini berfungsi sebagai upacara kedewasaan seperti khitanan, atau juga kaulan. Tarian ini bukan jenis tontonan umum, karena senua yang hadir ikut menari. Tarian ini diiringi musik terbang.

*Gimbalan. Jenis irah-irahan yang terbuat dari rambut palsu yang panjang dan hanya diberi zamang saja. Irah-irahan ini khususnya dipakai peranan rekasasa yang rucah atau raksasa yang tidak berperanan pokok di dalam pewayangan.

*Gincu. Bahan rias atau makeup yang warnanya merah atau merah muda, yang digunakan untuk mewarnai bagian pipi supaya lebih kelihatan muda atau menonjol.

*Godheg. Tiruan rambut yang tumbuh di muka telinga di bawah kening, dengan cara dirias. Dalam Wayang Wong bentuk godheg ini bermacam-macam menurut karakternya.

*Godheg Ngundhup Turi. Bentuknyaseperti bunga turi yang masih kuncup belum mekar. Dalam Wayang Wong bentuk godheg ini untuk karakter halus atau untuk puteri.

*Godheg Pengot. Bentuknya seperti pengot atau sejenis pisau. Dalam wayang wong atau jari jenis ini, untuk karakter yang gagah atau keras.

*Grompolan. Hiasan sumping yang dipasang pada ikat kepala tepen dibuat dari kulit kerbau atau sapai, bentuknya kecil seperti bunga..

*Halup-halup. Dasar rias muka, biasanya putih. Istilah ini sering dipakai dalam cara merias Wayang Wong khususnya gaya Yogyakarta.
Iket Kodhok Bineset. Ikat kepala atau blangkon tetapi bagian atas terbuka, sehingga setelah dipakai rambut bagian atas kelihatan.

*Ilat-ilatan. Bagian dari mekak. Disebut ilat-ilatan karena menyerupai lidah yang panjang, dipakai di tengah dada memanjang ke bawah yang fungsinya untuk menutup kancing atau tali mekak.

*Jahitan. Cara merias bagian mata untuk jenis tari Bedhaya gaya Yogyakarta. Bentuknya seluruh muka didasari lulur, tetapi di bagian sekeliling mata tidak, sehingga pada bentuk mata yang bisa njahit.

*Jamang. Hiasan kepala yang terbuaat dari kulit kerbau atau sapi, ditatah dan disungging atau dinada serta diberi kepet, mete seperti cuping atau kalung. Hiasan ini merupakan kesatuan dari pada irah-irahan. Motif zamang bermacam-macam menurut jenis irah-irahannya atau karakternya.

*Janget. Sama dengan jenjetan, bedanya bahannya dibuat dari kulit lembu yang dibentuk pipih sebesar kurang lebih ½ cm, sering ada yang berbentuk bulat pipih ada yang persegi.

*Januran. Bentuk zamang atau sumping yang sering juga disebut Jamang atau sumping pundhak setegel. Peranan-peranan dalam wayang wong yang memakai bentuk ini antara lain Bima, Hanoman, Ontorejo dan lain sebaginya.

*Jemparing. Bahasa Jawa Krama (tinggi, halus) untuk panah gaya Yogyakarta yang busur dengan anak panahnya menjadi satu. Penggunaan jemparing dalam perang tidak secara sunguh-sungguh,sebab anak panah tidak bisa terlepas dari busurnya apabila ditembakkan, tetapi hanya menimbulkan bunyi thek.

*Alus Impur . Tipe tari putera halus gaya Yogyakarta untuk ksatria yang halus dan rendah hati seperti Arjuna, Rama, Laksamana, Panji dan Darmawulan. Gerak-gerak lengannya agak terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris serta menggunakan sampur. Tipe tari ini juga sering hanya disebut impur.

*Alus Kalang Kinantang. Tipe tari putera halus gaya Yogyakarta untuk ksatria yang halus tetapi dinamis seperti misalnya Salya, Bisma dan Wibisana. Gerak-gerak lengannya agak terbuka, banyak menggunakan desain dengan asimetris serta mengunakan sampur. Tipe tari ini juga disebut kagok kinantang

*Andhe-andhe Lumut. Drama tari rakyat yang banyak berkembang di daerah Bantul dan Kulon Progo. Drama tari ini berisi ceritera Andhe – andhe Lumut. Yaitu cerita Panji. Pertunjukan ini diiringi seperangkat gamelan laras slendro atau pelog . Dahulu hanya ditarikan oelh penari pria saja, tetapi perkembanan sekarang tidak demikian. Gerak tarinya mendapat pengaruh dari wayang wong, khususnya gaya Yogyakarta. Para penari menyampaikan dialognya dengan bentuk tembang dan prosa.

*Apit Ngajeng. Penari pertama dari kanan penonton pad lajur pertama dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.

*Apit Wingking. Penari pertama dari kanan penonton pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.

*Badui. Sejenis rodhat yang banyak berkembang di daerah Sleman. Penarinya anatar 20 sampai 80 orang saling berpasangan. Penari-penarinya membawa kipas dan sapu tanga. Dialog yang dibawakan berbentuk nyanyian dan sholawat dengan bahsa maupun bahasa Indonesia serta bahasa Jawa. Gerak tarinya dilakukan dengan posisi berdiri. Setiap berganti gerakn dengan tenda peluit yang dibunyikan oleh pimpinan penari itu. Tari Badui dari Sleman pernah mendapatkan juara pertama pada festival tari-tarian rakyat Indonesia di Jakarta pada tahun 1977.

*Ballet, Ramayana. Drama tari tanpa dialog Yogyakarta yang membawakan cerita dari epos Ramayana. Istilah balet yang berasal dari bahasa Perancis, ballet mempunyai arti yang sama dengan istilah sendratari. Kata ballet banyak dipergunakan oleh grup-grup tari Ramayana yang menyelenggarakan pertunjukan untuk para wisatawan.

*Bango Mate. Ragam gerak dengan tangan kiri ngruji, tangan kanan nyempurit. Seperti gerak seekor burung bango. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.

*Bangun Siswa. Sejenis Kobra Siswa, di tengah-tengah pertujukan ada demonstrasi akrobatik. Pertunjukannya terdiri dari permaian obor di atas tali yang direntangkan pada dua ujung bambu yang tingginya kurang lebih lima belas meter.

*Bapang Dhengklik Keplok Asta. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk peranan-pranan bala tentara raksasa. Kata dhengklik menunjukan ciri gerak salah satu kaki yang diangkat ke atas dan ditetapkan dengan tekukan lutut dan tekanan. Untuk bala tentara raksasa digunakan posisi tangan yang yang disebut keplok asta yang berarti “bertepuk tangan”

*Bapang Dhengklik Keplok Asta Usap Rawis. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta khusu untuk para jin raksasa yang mempunyai watak tidak baik.

*Bapang Kentrog. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta khusu untuk tari Bugis gaya Yogyakarta. Gerak-geraknya bersumber pada bapang, tetapi ditambah dengan gerak kentrong yaitu gerak meloncat-loncat di atas satu aki.

*Bapang Sekar Suhun Dhengklik. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk peranan-peranan raja raksasa atau pangeran raksasa seperti Prabu Newata Kawaca dan Kumbakarna. Sekar suwun adalah nama posisi lengan yang selalu mengarah ke atas dan yang lain mengarah diagonal ke bawah. Kata dhengklik menunjukan ciri gerak salah satu kaki yang diangkat ke atas ditapakan dengan tekukan dan tekanan.

*Bapang Ukel Asta. Tipe putera gagah gaya Yogyakarta khusus untuk dewa yang berwatak humor yaitu Bathara Narada.

*Barong. Tokoh binatang dalam Jathilan atau Incling. Barong yang sering disebut barongan ini ditarikan oleh dua orang berkerudung kain atau bagor, sehingga berbentuk binatang besar. Satu orang berada di muka menggerak-gerakkan kepalanya, sedang satunya berada di belakang menggerak-gerakkan pantat dan ekornya. Barongan ini berkepala binatang besar dengan mulut yang besar, tetapi tidak jelas jenis binatangnya.

*Batak. Penari kedua dari kanan penonton pada lajur tengah dari rakitan bedhaya gaya yogyakarta. Bersama endhel pajeg, penari batak memegang peranan penting dari cerita yang dibawakan oleh bedhaya. Pada bedhaya yang menceritakan Srikandhi Meguru Manah, penari Batak inilah yang berperan sebagai Srikandhi, sedangkan penari endhel pajeg berperan sebagai Arjuna.
Beber.

1. Jenis wayang yang cara pertunjukannya membentangkan kain yang telah digambari dengan gambar-gambar wayang dan telah dibri warna, mengambil cerita dari siklus Panji. Wayang beber sekarang masih terdapat di Desa Panung daerah Pacitan, jawa Timur.

2. Cara menawarkan di dalam pertunjukan gamelan ngamen dengan membunyikan kendhang sedemikan rupa agar diketahui oleh khalayak ramai agar menanggapnya.
Bedhah Bumi. Penari ngibing pertama pada tari tayub, biasanya pada upacara bersih desa yang mengawali menari ngibing adalah tuan rumah penyelenggara. Bedhah bumi mempunyai arti simbolis, yaitu melakukan persetubuhan, bedhah berarti membuka (njebol) yatitu penari putranya, sedang bumi artinya tanah yaitu penari putrinya.Upacara itu merupakan simbol kesuburan tanah pada waktu bersih desa sesudah panen.
Botoh.

1. Dua orang juru pemisah atau wasit pada tari Lawung gaya Yogyakarta yang berfumgsi sebagai pemberi aba kapan latihan perang dimulai dan berakhir serta memimpin jalannya latihan. Botoh menggunakan tipe tari putera gagah kalang kinantang raja.

2. Penjudi.
Arjunawiwaha, Bedhaya. Bedhaya gaya Yogyakarta hasil pengolahan Raden Lurah Sasmitamardawa dari Kawedanan hageng Punakawan Krida Mardawa Keraton Yogyakarta pada tahun 1976, mengambil cerita ketika Arjuna bertapa di Indrakila dengan segala macam godaan membunuh Niwatakawaca untuk kemudian dinobatkan menjadi raja bidadari. Iringan gendhing Ranumanggala, Pelog nem.
Dewa Ruci. Bedhaya. Komposisi tari bedhaya gaya Yogyakarta yang disusun oleh Sudharsono Pringgobroto pada tahun 1946, yang dipentaskan pertama kali pada pembukaan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Kostum, teknik tari, maupun jumlah penarinya sama dengan bedhaya klasik, tetapi tema yang dibawakan ialah cerita Dewa Ruci, suatu episode dalam epos Mahabarata yang menggambarkan peristiwa ketika Bima sedang dicoba oleh gurunya, yaitu Durna, untuk mencari air hidup di dasar samodra. Setelah segala rintangan dapat diatasi, Bima bertemu dengan Dewa Ruci yang memberinya petunjuk-opetunjuk yang baik.
Laleha, Bedhaya. Bedhaya dengan iringan gendhing Laleha serta merupakan salah satu bedhaya ciptaan zaman Sultan Hamengkubuwono VI, mengambil serat Harjunasasra ketika perang melawan Sumantri.
Lambangsari, Bedhaya. Bedhaya yang menggunakan gendhing Lambangsari sebagai pengiringnya, serta diciptakan pada zaman Sultan Hamengkubuwono VII di Yogyakarta. Tarian ini berisikan pertemuan percintaan Panembahan Senapati dari Mataram dengan Kajeng Ratu Kidul di pantai Laut Selatan (Samudra Indonesia).
Manten, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya gaya Yogyakarta yang menggambarkan proses upacara perkawinan menurut adat Jawa, diciptakan oleh Sultan hamengkubuwono IX pada tahun 1943. Teknik tari dan pakain tarinya seperti bedhaya yang lain, tetapi penarinya hanya berjumlah enam orang.
Pangkur, Bedhaya. Bedhaya dengan urutan gendhing pengiring : Ketawang Pangkur gendhing kemanak Ladrang Kembangpepe dalam larasd slendro pathet manyura.
Prabudewa, Bedhaya. Bedhaya ciptaaan Sultan yang kemudian pada zaman Sultan Hamengkubuwono VI diolah kembali, serta dihadiahkan sebagai pusaka bedhaya di Kadipaten.
Revolusi, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya gaya Yogyakarta yang disusun oleh Sudharso Pringgobroto pada tahun 1959. Tema yang dibawakan menggambarklan rangkaian peristiwa sejarah Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda sampai zaman pemulihan keamanan tahun 1950 yang menggambarkan secar simbolis. Bedhaya Revolusi juga dibawakan oleh sembilan penari puteri, tetapi pakaiannya menggunakan pakaian puteri pada wayang wong gaya Yogyakarta dan rias muka serta kepalanya menggunakan rias pengantin puteri Yogyakarta. Sapta, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya yang disusun oleh Tumenggung Purbaningrat pada tahun empatpuluhan, ditarikan oleh tujuh orang penari wanita. Bedhaya Sapta (sapta berarti tujuh) mengisahksn cerita ketika Sultan Agung (1613 – 1645) , raja Mataram III membuat batas antara Mataram dengan Pasundan.
Sejarah Taman Siswa, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya yang disusun Sudharso Pringgosubroto pada tahun 1952, menggambarkan sejarah berdirinya Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 dengan tokohnya Ki hajar Dewantara. Kostum, teknik tari dan jumlah penarinya sama dengan bedhaya klasik, hanya temanya saja yang baru.
*Begalan.

1. Kesenian rakyat yang banyak berkembang di daerah BAnyumas. Kesenian rakyat berisikan wejangan –wejangan, sehingga pertunjukannya sering untuk meramaikan pesta perkawinan. Pertunjukan ini yang dipentingkan dialognya, sedang gerask tarinya sederhana dan sifatnya spontan yang dipengaruhi gerakan tari Jawa dan tari Sunda. Isi ceritanya tidak jelas, hanya terdiri dari dua penari, yatitu sebagai pembegal dan yang dibegal, sebagai simbol antar kebaikan dan kejahatan .

2. Pada wayng kulit adalah perang kembang, yaitu perang yang terjadi setelah gara-gara, yakni perang antara seorang ksatria melawan seorang raksasa yang biasanya disebut buta begal.
Beksa Alus. Teknik tari putra halus gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk peranan-peran ksatria halus dari Mahabarata, Ramayana, Panji dan Darmawulan seperti Arjuna, Kresna, Rrama, Laksamana, Panji, Darmawulan dan lain-lain. Ciri khas tipe putera halus ialah posisi kaki terbuka rendah, langkah sedang, pengangkatan kaki rendah, posisi lengan agak terbuka, gerak-geriknya lambat kecuali pada gerak perang. Beksa alus, bahasa jawa Krama (tinggi, halus) dari joged alus lazimnya dibawakan oleh laki-laki yang berperawakan sedang agak langsing.
Beksa Gagah. Teknik tari putera gagah gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk peranan-peranan ksatria gagah perkasa dari epos Mahabarata, Ramayana, Panji, Darmawulan dan sebagainya, seperti Bima, Baladewa, Rahwana, Klana, Sewandana, Menakjingga dan sebagainya. Ciri khas tipe putera gagah ialah posisi kaki terbuka agak cepat. beksa gagah, bahasa jawa Krama (halus, tinggi) dari Joged gagah lazimnya dibawakan oleh laki-laki yang berperawakan kokoh dan tinggi.
Putri., Beksa. Teknik tari puteri gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk tari bedhaya, srimpi, golek serta peranan-peranan puteri dalam berbagai drama tari Jawa. Cir khas tipe tari puteri ialah posisi kaki tertutup, langkah sangat kecil, posisi lengan agak tertutup, gerak kepala kecil tanpa tekanan, tekukan-tekukan anggota badan tidak tajam, gerak-geraknya lambat. Beksa putri lazimnya ditarikan oleh wanita, kecuali sebelum tahun 1918 untuk golek dan peranan-peranan puteri dalam wayang wong, Langendriya dan langen Mandrawanara dibawakan oleh penari laki-laki yang masih remaja, berperawakan ramping dan berparas cantik.
Bindi.

1. Senjata perang pada tari putera gagah Yogyakarta yang berupa alat pemukul yang berbentuk silinder.

2. Tabuh (alat pemukul ) Bonang, Kethuk, Kempyang dan Kenong.
Bliu Tau. Cara belajarmemainkan salah atu instrumen gamelan misalanya rebab tetapi tanpa metode yang benar, umumnya hanya dengan mendengarkan kemudian menirukan.
Bronjong Kawat. Sikap tangan seperti orang makan nasi tanpa menggunakan sendok maupun garpu, yaitu menggunakan jari-jari untuk mengambil makan. Sikap dilakukan agar nampak kaku.
Bugis. Komposisi tari berpasangan gaya Yogyakarta yang dibawakan oleh satu atau dua pasang penari, dengan menggunakan tipe tari putera gagah yang khas untuk Bugis yaitu bapang kentrong.Tari ini diperkirakan lahir di luar istana pada abad ke-19, menggambarkan prajurit-prajurit dari suku bugis dari Sulawesi Selatan yang sedang berlatih perang.
Buntil. Penari nomor 7 pada lajur tengah dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
Cakilan.

1. Jenis tarian raksasa.

2. Bambu bulat kecil besarnya kurang lebih dua pertiga cm panjangnya dua setengah cm, digunakan sebagai alat penahan bilahan gender, slenthem yang diikatkan pada pluntur.
Cancutan. Sering juga disebut cawetan yaitu cara berkain untuk peranan kera khususnya gaya Yogyakarta.
Canthang Balung. Salah satu penari pada tari golek gambyong. Canthang balung merupakan tokoh antagonis dan digambarkan sebagai tokoh unik.
Cekehan. Gerakan kaki pada tari kuda kepang, yaitu berjalan dengan kaki merendah atau mendhak, tetapi waktu akan melangkah kaki diangkat agak tinggi dengan meloncat sedikit. Gerakan ini bisa dijalankan maju dan mundur, iramanya pelan.

*Cepet. Tokoh dalam tari Jathilan atau Incling yang memakai topeng menutup seluruh muka. Dalam pertunjukan ini ada dua penari, yaitu cepet lanang topengnya berwarna hitam, dan cepet wadon topengnya berwarna putih. Dua tokoh ini juga sering disebut Cepetan atau Kecepet.

*Cindhil Ngungak Tumpeng. Ragam gerak menirukan seekor anak tikus (cindhil) yang melihat sekejap (ngungak) segunduk nasi (tumpeng). Gerak ini terdapat pada tari gagah Yogyakarta atau peranan yang akan kurang ajar.

*Cipta Budhaya. Organisasi pendidikan tari swasta gaya Yogyakarta yang ada di Yogyakarta yang sekarang tidak aktif lagi.

*Coklekan. Gerak tekukan kepala ke samping kiri atau kanan pada tari gaya Yogyakarta.

*Congklang. gerak tari pada tari kuda kepang mirip dengan gerak drap (lihat drap), tetapi kakinya lurus tidak ditekuk, iramanya agak pelan daripada drap.

*Congoran. Sering pula disebut cangkeman, dan berfungsi sebagai topeng, tetapi hanya menutup bagian mulut. Untuk bagian muka lainnya diberi rias. Gaya Yogyakarta congoran dipakai dalam Langenmandra Wanara.

*Contemporary Dance School Wisnuwardhana. Lembaga pendidikan tari kreasi baru swasta yang didirikan oleh Wisnuwardhana (lihat Wisnuwardhana).

*Cundrik. Prop tari sebagai senjata untuk perang, bentuknya seperti keris, tetapi tanpa warangka. Prop tari ini biasanya dipakai untuk peranan putri, khususnya dalam Wayang Wong atau tari gaya Surakarta.

*Damarwulan. Cerita seni historis dari Jawa asli yang menggambarkan seorang kesatria bernama Damarwulan yang bersedia membela kerajaan Majapahit terhadap pemberontak Adipati Menakjingga dari Blambangan. damarwulan berhasil membunuh Menakjingga, dan dapat melestarikan cintanya dengan Dewi Anjasmara, putri Patih Logender dari Majapahit. Cerita ini merupakan tema dari drama tari opera Jawa gaya Yogyakarta yang bernama Langendriya. Damarwulan juga sering dipentaskan dalam drama tari baru yang bernama sendratari.
Deder Sampur. Sampur yang digarap sebagai anak panah yang ditumpangkan pada lengan kiri, serta ditarik dengan jari tangan kanan.
Dhadha.

1. Penari nomor 6 pada jalur tengah dari rakitan bedhaya (lihat rakitan bedhaya) gaya Yogyakarta.

2. Nama nada di dalam gamelan (lihat gamelan). Untuk pencatatannya biasa diganti dengan angka 3, untuk laras
slendro dan laras pelog.

*Dhadha Mungal. Dada (dhadha) diangkat ke atas (mungal). Posisi ini adalah posisi dada yang baik pada tari gaya Yogyakarta.

*Dhuduk. Wanita yang bertugas menladeni menyampaikan senjata prang seperti perisai dan panah kepada penari Srimpi gaya Yogyakarta.

*Drap. Gerakan kaki pada tari kuda kepang di daerah Temanggung, gerakannya lari dengan kakai diangkat agak tinggi dan ditekuk, iramanya cepat.

*Duduk Wuluh. ragam gerak mengan kiri dan kanan dengan gerak ngoyog ke samping, diakhiri dengan lengan kiri mengarah diagonal lurus ke bawah, lengan kanan dalam posisi ditekuk seperti bertolak pinggang. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.

*Ebeg. Sejenis Emblek yang banayak berkembang di daerah Banjarnegara. para penari naik kuda kepang dengan membawa pedang, biasanya memakai kacamata yang bermacam-macam warnanya. pada klimaks pertunjukannya juga diadakan perang dengan permainan kaca cermin yang memantulkan sinar ,atahari yang ditujukan kepada lawannya.

*Emblek. Sejenis jathilan dari Kedu di daerah pegunungan. Pemainnya terdiri dari 7 orang, enam orang penari kuda kepang yang berpasanga-pasangan, satu sebagai pemimpinnya. Pertunjukannya dengan perang-perangan serta perang dengan permainan kaca yang memantulkan sinar matahari yang ditujukan kepada musuhnya. Biasanya mereka menari berputar-putar sampai ada yang tak sadar dan kemasukan roh halus (ndadi ).

*Encot. Gerak seluruh badan ke bawah setelah berhenti digerakan kembali ke atas. gerak ini terdapat pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta.

*Encot-encot asta. Ragam gerak kaki encot yang diakkhiri denganlengan kanan diluruskan diagonal ke bawah. gerak ini terdapat pada tari putri gaya Yogyakarta.

*Pajeg, Endhel. Penari nomor 3 pada lajur tengah dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta. Bersama batak penari ini memegang peranan penting dari cerita yang dibawakan oleh bedhaya. Pada bedhaya yang menceriterakan Srikandhi Meguru Manah, penari endhel pajeg inilah yang berperan sebagai Arjuna, sedangkan penari batak berperan sebagai Srikandhi.

*Wedalan Ngajeng, Endhel. Penari nomor 2 pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.

*Wedalan Wingking, Endhel. Penari nomor 9 pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.

*Endraya. Sikap tangan kiri naga ngelak dalam posisi di depan pusar. Sedangkan tangan kanan dengan sikap tangan ambaya mangap telentang dengan ujung jari menyentuh pinggang kanan.
Engkrang. Ragam gerak tangan kiri dan kanan dengan posisi sampur nyanthok dan kemudian sampur dilemparkan ke luar. Jika gerak ini diikuti dengan mengangkat dan menekuk kaki kiri disebut engkrang kiwa. dan jika yang diangkat dan ditekuk kaki kanan disebut engkrang tengen. Engkrang dipakai untuk tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta dalam enjeran, yang merupakan persiapan pada tari perang.
Engkrang Mlampah. Ragam gerak engkrang yang dibarengi dengan kaki melangkah. Gerak ini terdapat pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta.

*Enjeran. Tari persiapan dan pemanasan pada komposisi tari perang gaya Yogyakarta. Enjeran merupakan bagian kedua dari komposisi tari perang yang utuh yang terdiri dari empat bagian, yaitu maju gendhing, enjeran, perangan dan mundur gendhing.

*Erang Sampur. Gerak menirukan sindhen, dengan menutupi bibir dan menggunakan sampur sebagai penutupnya.

*Erek. Suatu gerakan jika akan perang-perangan di dalam tari sejenis Jathilan. Sebelum perang-perangan biasanya dua penari kuda kepang menggunakan gerakan erek, yaitu seperti berputar-putar membuat komposisi lingkaran.

*Etheng, Beksan. Komposisi tari kelompok berpasangan gaya Yogyakarta yang ditarikan oleh 12 orang penari pria, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada abad ke-18. Tari ini merupakan tari perang yang dibawakan oleh tiga kelompok penari, yaitu kelompok yang menggunakan tipe tari putera halus 4 orang yang diadu kekuatannya, kelompok yang meggunakan tipe tari putera gagah 4 orang sebagai yang mengadu, dan kelompok pelawak yang terdiri dari 4 orang pula.

*Gagah Impur. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk ksatria gagah tetapi palsu dalam tingkah laku seperti Prabu Suyudana dan Patih Udawa. Gerak-gerak lengannya terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris serta menggunakan sampur seperti pada tipe tari putera alus impur. Tipe ini juga lazim disebut kagok impur.

*Kalang Kinantang, Gagah. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk ksatria gagah dan agresif seperti Suteja, Sentyaki, Indrajit dan sebagainya. Gerak-gerak lengan terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris sertamenggunakan sampur. Tipe tari ini juga sering hanya disebut kalang kinantang.

*Kalang Kinantang Raja, Gagah. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk raja-raja gagah dan agresif seperti Baladewa dan Rahwana. Prinsip geraknya sama dengan gagah kalang kinantang, tetapi ada kelainan sedikit pada gerak-gerak tangan kirinya. Tipe tari ini juga sering hanya disebut kalang kinantang raja.

*Kembang, Gagah. Tipe tari putera gagahgaya Yogyakarta untuk ksatria gagah dan jujur serta teguh pendiriannya seperti Bima, Gathutkaca gaya Yogyakarta, Antareja dan Antasena. Gerak-gerak lengannya terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris serta menggunakan posisi tangan ngepel tanpa sampur. Tipe tari ini juga lazim disebut kambeng.

*Gajahan. Ragam gerak dengan salah satu lengan ditekuk ke atas hingga tangan berada di dekat telinga, lengan yang lain diagonal ke bawah dilakukan bergantian kiri dan kanan. Gerak ini dipakai pada tari putera gaya Yogyakarta.
Gajah Ngoling. Ragam gerak kedua belah tangan di atas telinga kanan dan kiri seperti seekor gajah yang sedang ngoling (menggeliat) dengan melambaikan belalainya ke atas pada tari gaya Yogyakarta. gerak ini dipakai pada tari bedhaya dan srimpi.
Gambyong.

1. Nama dari salah satu peran penari yang ada dalam tari Golek Gambyong.

2. Nama dari bonang nada gamelan carabalen.
Gambyongan.

1. Nama dari suatubentuk gendhing.

2. Suatu bentuk irama dalam gamelan Jawa.
Gapruk. Gerak beradu senjata yang lazimnya gada, pedang atau tombak pada tari perang putera gagah gaya Yogyakarta. Gapruk berarti beradu.

*Gebesan. Gerak kepala pada tari kuda kepang mirip pacak gulu, geraknya sederhana yaitu kepala digerakkan ke kanan dan ke kiri bersama-sama dengan menggerakkan kepala kuda kepang.

*Gedheg. Menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan pada tari putera gaya Yogyakarta. Gerak kepala ini biasanya dipergunakan oleh peranan-peranan yang bertopeng agar muka nampak hidup..

*Gedrug. Gerak menghentakkan salah satu kaki kiri atau kanan ke lantai dengan ujung kaki di belakang kaki yang lain pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta. Jika yang dihentakkan kaki kiri bernama gedrug kiwa, dan bila yang dihentakkan kaki kanan bernama gedrug tengen. Kiwa berarti kiri, tengen berarti kanan.

*Gelar. Strategi perang klasik yang banyak dipergunakan pada drama tari klasik seperti wayang wong gaya Yogyakarta. Gelar ini ada bermacam-macam, antara lain Gelar Garudha Nglayang yang bentuk formasinya seperti burung garuda yang sedang melayang, Gelar Emprit Neba yang bentuk formasinya seperti burung emprit dalam jumlah banyak yang sedang beterbangan, Gelar Wulan Tumunggal yang bentuk formasinya melengkung seperti bulan yang baru saja menginjak hari pertama, Gelar Dirada Meta yang bentuk formasinya seperti seekor gajah yang sedang marah, dan lain-lain.

*Gendhewa. Busur panah, yaitu bagian untukmelepaskan anak panah. Di dalam wayang wong gendhewa sering dibawa untukmenunjukkan bahwa yang membawa adalah ksatria.
Genjotan. Gerak langkah besar ke samping kiri atau kanan disertai dengan tekanan.Gerak ini terdapat pada tari putera gagah gaya Yogyakarta.

*Genjring. Nama instrument, bentuknya seperti terbang kecil tetapi pada bagian kayu diberi lubang untuk menempatkan logam-logam yang tipis. Genjring disebut pula tamper atau kerincing.
Genukan. Sama dengan grimingan. Istilah ini umumnya dipakai pedhalangan Yogyakarta.

*Gidrah. Ragam gerak yang diakhiri dengan mempertemukan tangan kiri dan kanan di depan perut. Gerak ini dipakai pada tari puteri gaya Yogyakarta.

*Gladhi Resik. Istilah ini dipakai untuk menyebut latihan yang terakhir sebagai suatu persiapan pentas atau pertunjukan tari. Menurut tradisi para peran putera mengenakan celana panji-panji, kain sapit urang (bisa juga memakai kain wiron biasa), sabuk bara kamus timang, keris, tanpa baju, udheng. Sedang untuk puteri dengan kain, kebaya, gelung tekuk atau ukelan biasa.

*Asmaradana, Golek. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing Asmaradana.
Ayun-ayun, Golek. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing ayun-ayun.

*Golek Surenggraha. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing Surenggraha dicipta Tumenggung Purwadiningrat pada tahun 1967 dan merupakan Golek yang tertua di Yogyakarta.

*Guntur Segara. Komposisi tari kelompok berpasangan gaya Yogyakarta yang dibawakan oleh empat orang penari putera, menggunakan tipe tari putera gagah. Tari yang menggambarkan perang antara dua pasang ksatria ini dicipta oleh Sultan Hamengkubuwono I pada abad ke – 18. Kedua pasang ksatria ittu ialah Jayasena yang ditarikan oleh kedua orang penari dan Guntur Segara yang ditarikan oleh dua orang penari pula. Kedua ksatria yang berperang itu adalah tokoh-tokoh dari cerita Panji.

*Impang Encok. Ragam gerak dengan kaki kanan menyilang kaki kiri yang diakhiri dengan gerak kaki encot. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.

*Impang Lembehan. Ragam gerak dengankaki kanan menyilang kaki kiri, dengan diikuti oleh gerak tangan melenggang (lembehan). Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.

*Impang Ngawer Udhet. Ragam gerak dengankaki kanan menyilang kaki kiri tangan kiri ragam ke depan dengan posisi ngruji, tangan kanan memegang udhet (belendang) dengan digerak-gerakan ke atas dank e bawah. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.

*Indra. Gerak pada tari Bandabaya gaya Paku Alam di mana secara berulang dilakukan dalam sikap yang sama yaitu kaki kanan melangkah diikuti kaki kiri gedrug di dekat tumit kanan. Sedangkan kiri membawa tameng di dekat pinggang dan kanan membawa pedang, lengan lurus dekat paha dan pedang lurus bagian tajam di atas.
Jajar. Empat penari putera pada tari Lawung gaya Yogyakarta yang berstatus sebagai prajurit. Jajar menggunakan tipe tari putera bapang.

*Jongko Ngilo. Ragam gerak bercermin pada tari putera gaya halus dan gagah gaya Yogyakarta yang dilakukan dengan tangan kiri memegang sampur dengan posisi miwir dan tangan kanan nyempurit.Jangko berarti “tinggi”, ngilo berarti “bercermin”. Gerak ini dipakai pada enjeran yangmerupakan bagian persiapan dari tari perang.
Jangkung Miling. Ragam gerakan lengan dengan mencangkolkan sampur pada siku kiri dan kanan yang diikuti oleh gerak kepala yang disebut miling. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.

*Jaran Penumbuk. Penari kuda kepang dalam tari Dhoger yang berfungsi sebagai penari utama. Biasanya penarinya adalah penari dhadhak merak sampai ndadi, setelah sadar terus ganti menari jaran penumbuk juga sampai ndadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar